Sunday, August 31, 2008

ramadhan dan anak kecil..


alhamdulillah akhirnya ramadhan tahun ini datang juga..
malam ini adalah malam pertama umat muslim di Indonesia untuk melaksanakan shalat tarawih yang pertama. mulai besok, kita akan melaksanakan ibadah puasa selama 30 hari.

saya baru saja selesai mengikuti shalat tarawih di masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah.. saya datang ke masjid setelah azan isya berkumandang. saat itu masjid tsb sudah penuh jamaahnya, bahkan meluber hingga nyaris ke jalan.

Terlepas dari apakah fenomena ini akan bertahan lama atau tidak, namun saya pikir ini adalah sebuah fenomena yang hanya terjadi pada bulan Ramadhan. Sepatutnya kita bersyukur, karena meskipun konon katanya sebagian muslim Indonesia hanya sekedar "muslim KTP" (mungkin termasuk saya dan anda..) tapi ternyata masjid tetap penuh! saya pikir ini sebuah kesempatan besar bagi para dai dan ulama untuk memberikan penyegaran-penyegaran ruhani bagi kita semua yang selama ini haus akan ilmu-ilmu agama. kapan lagi jamaah sebanyak itu bisa meluangkan waktu untuk bertumpah ruah di masjid tsb?
sekarang tinggal bagaimana para pengurus atau pemerhati masjid yang harus lebih kreatif untuk mengemas ceramah pasca tarawih menjadi ceramah yang berkesan dan tidak membosankan..

ada satu fenomena lain yang juga menarik untuk kita perhatikan: "anak-anak". ya.. anak-anak inilah yang turut "meramaikan" masjid dalam arti yang sebenarnya=D ketika ada sedikit saja celah waktu menjelang dan di antara rakaat tarawih, maka mereka hampir tidak mungkin melewatinya kecuali dengan bercanda atau mengusili teman di sebelah kanan, kiri atau depannya.

bagaimana sudut pandang orang tua dalam mengamati ramainya mereka? beberapa di antara mereka ada yang berpendapat bahwa sebaiknya anak-anak yang selalu ramai di tempatkan di koridor luar masjid sehingga tidak mengganggu para jamaah yang sedang berada di dalam ruang utama masjid.
sebagian yang lain bahkan lebih tegas lagi: daripada mereka membuat ribut di masjid ketika tarawih berlangsung, maka para orang tua dianjurkan untuk tidak mengajak anak mereka yang punya potensi menjadi trouble maker ke masjid.
sementara sisanya memilih untuk tidak berkomentar dalam menyikapi fenomena ini.

kira-kira bagaimana dari sudut pandang sang anak?=D
mari kita mengingat-ingat masa kecil kita.. dulu, saya ingat betul bahwa salah satu kesenangan yang dapat saya rasakan di bulan ramadhan adalah pergi bersama kawan-kawan ke masjid untuk shalat tarawih.. mungkin boleh saya akui bahwa khusyu' atau tidaknya shalat tarawih saya itu nomor dua. yang pertama? ya bisa berkumpul dan bersenang-senang bersama kawan-kawan!
terkadang, di tengah-tengah shalat "semangat usil" datang menghampiri.. setelah itu, tergantung keadaan. bisa usil ke depan atau ke samping. seingat saya jarang mencari "obyek sasaran" ke belakang. setelah melakukan "aksi pertama" biasanya kami menanti respon dari obyek sasaran.. hehe.. nah dari situ mulailah aksi "saling usil-mengusil". tidak jarang kami sangat perhitungan terhadap balasan yang diberikan kawan kepada kami. ketika itulah kami mengenal kata "impas"! impas artinya balasan yang saya & kawan berikan dianggap setimpal. kalo keduanya berpendapat sama, mungkin keusilan pun berhenti (tanpa menutup kemungkinan terjadinya peralihan ke bentuk keusilan lainnya=b). tapi.. bila balasan yang diberikan dianggap tidak setimpal maka aksi saling membalas pun terus berlanjut. sampai kapan? sampai kami bosan=b

sesekali (bila tidak lupa), saya membawa serta buku "monitoring ibadah" yang diberikan oleh sekolah untuk ditanda tangani oleh imam tarawih. mendadak para imam menjadi artis semalam bagi kami=D
sebagai bekal untuk shalat tarawih, biasanya kami membawa uang sekedarnya. bukan untuk diinfakkan.. tapi untuk jajan!! setelah imam mengucapkan salam, maka kami segera buru-buru berlarian menuju warung terdekat. kalo sedang tidak membawa uang, biasanya saya minta nyicipin jajanan kawan yang lain=b haha..

apakah anda merasakan pengalaman yang kurang lebih sama?

jadi apa hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk menyikapi keramaian anak-anak ketika tarawih?
kalau saya jadi orang tua, sebelum berangkat saya membiasakan untuk mengingatkan dan menjelaskan untuk tidak nakal di masjid. Saya memintanya untuk shalat di sebelah saya. tapi tergantung usianya juga.. kalau usianya masih sangat kecil dan lincah, apa daya bila sesudah di tempatkan di sebelah saya kemudian ia mulai berkeliling masjid ketika saya sedang shalat. Bila waktunya tepat, dialog yang hangat tentang "mengapa kita harus tenang di masjid" harus dimulai. Mungkin yang paling penting untuk disadari adalah saya perlu bersyukur dapat memberikan pemahaman kepada anak saya mengenai ibadah & Tuhan dengan mengajaknya pergi ke masjid.
kalau saya jadi pengurus masjid, mungkin saya perlu untuk membuat sebuah program pembinaan anak-anak setiap sore hari. materinya sederhana mengenai bagaimana caranya menanamkan kesadaran kepada mereka tentang pentingnya berpuasa, mengenai adab di dalam masjid, dan keistimewaan bulan ramadhan. mungkin bisa juga memanfaatkan metode menonton film islami atau melakukan games-games yang menyenangkan. Dengan cara ini, diharapkan nanti anak-anak tsb akan saling mengingatkan bila salah satu di antara mereka ada yang "nakal" ketika tarawih. Saya pikir bila keramaian mereka sudah mulai berganti dengan suara "sstttt... jangan berisik!" di antara mereka, ini sudah merupakan kemajuan yang cukup berarti.

sistem reward juga mungkin bisa dipertimbangkan. hadiah berupa permen akan diberikan kepada anak-anak yang berhasil menjaga dirinya untuk tetap tenang selama tarawih.

ya.. mungkin belum sempurna. yang paling penting adalah kita menyikapinya dengan positif. tidak perlu marah2. . hadapi dengan senyuman=D haha...

tarawih yuk nak... =D

mungkin kawan2 ada tips lain mengenai bagaimana menghadapi "ramainya anak-anak" di kala tarawih?


nuhun..

mengapa kita memilih untuk menjadi yang biasa?

dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

sebagai manusia tentunya kita memiliki banyak kekurangan yang melekat pada diri, baik itu kita sadari atau pun tidak kita sadari.. namun, kita semua pasti tau tentunya bahwa manusia memiliki akal yang tidak dimiliki makhluk lain ciptaan-Nya.. akal ini lah (yang katanya) menjadikan manusia sebagai pemimpin di muka bumi.. tapi benarkah kita telah benar-benar menggunakannya? dengan akal inilah kita mampu membuat berbagai pilihan.. bahkan kemiskinan adalah sebuah pilihan bukan? orang-orang miskin memilih untuk "memiskinkan" dirinya.. mungkin terdengar agak sedikit frontal.. tapi inilah kenyataannya. mereka bisa saja memilih untuk berusaha lebih keras, memilih untuk bercita lebih tinggi dan keluar dari segala penderitaan yang dialaminya saat ini bukan? bukankah seharusnya Tuhan tidak pernah membebani hambanya dengan suatu beban yang tiada sanggup dipikulnya? tapi apa yang biasa kita lakukan? kita senantiasa mengeluh bahwa lingkungan, orang-orang di sekitar kita yang telah menyebabkan berbagai kerugian disekitar kita.. lalu di mana akal kita? sedih rasanya melihat diri ini belum mampu untuk menggunakan akal yang saya miliki secara optimal.. tapi seringkali hal ini hanya berupa kesadaran buta.. mengapa kita tetap bersikeras memilih untuk menjadi yang "biasa" meskipun kita tau bahwa kita bisa memilih untuk menjadi "luar biasa"? seringkali kita bermimpi untuk menjadi sukses kelak di kemudian hari, mapan dalam ekonomi, dsb.. tapi apa yang kita lakukan saat ini? masih bermalas2an persis seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang di sekeliling kita.. kita pun terkadang bermimpi untuk berbahagia di dunia dan akhirat.. tapi bagaimana wajah kita saat ini? yah.. kita masih memilih untuk menjadi biasa-biasa saja seperti yang dilakukan oleh orang-orang pada umumnya.. yah.. semoga besok masih sempat melihat dunia.. (meskipun kita tau bahwa tak ada jaminan esok masih hadir menyapa kita..) bosan aku menjadi orang biasa.. mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu lakukan? astagfirullahaladzim.. barakallahulii wa lakum...

October 29, 2006

mari kita lihat lebih dekat...

dengan namaMu aku berlindung...

pagi itu saya berjalan melintasi jalan yang biasa kulewati untuk menikmati makanan pagiku beberapa saat setelah sampai di kampus tercinta...
sepertinya bapak tukang bubur ayam sudah paham kalau aku sudah mengacungkan satu jariku.. itu artinya, bubur ayamnya satu pak..
pagi itu terasa berbeda...
tadi malam, baru saja dilaksanakan sebuah acara musik ala mahasiswa psikologi..
ramai... dan tampaknya cukup sukses untuk sebuah acara yang baru diadakan untuk pertama kalinya..
sayangnya, kini sampah berkeliaran di mana-mana...
gelas-gelas aqua bekas.. plastik-plastik.. dan lain sebagainya berlimpahan di sekitar kampus..
dan tidak ada satu pun yang peduli..
kami memang terbiasa untuk membiarkan seorang ibu yang sudah tua renta untuk membersihkan kampus kami bersama dengan 2 orang rekan mudanya..

melihat ini semua, teringat akan apa yang aku saksikan beberapa waktu yang lalu..
aku katakan pada salah seorang adik kelasku tadi malam,
pernahkah engkau meluangkan waktumu untuk dapat hadir di kampus pada pukul 6 pagi?
di sana kamu dapat menyaksikan seorang bapak dengan kacamata silindris yang tebal menyapu seluruh jalanan sekitar pakilun (istilah yang kami gunakan untuk tempat mangkal para pedagang yang ada di dekat kampus)...
sejak fajar ia bekerja...
bersama dengan istrinya, berdua ia membersihkan semuanya..
begitu datang pagi hari, ketika deru mobil mahasiswa mulai masuk melintasi parkiran kampus kami, maka area tersebut sudah bersih..
kemudian kembali kotor di sore harinya ketika kampus usai..
dibersihkan kembali pagi harinya, dikotori lagi, dan begitu seterusnya tiada pernah henti..
pernahkah kita tau berapa bayaran yang diterima oleh bapak tersebut atas kerja kerasnya tersebut?
apakah kita yakin bahwa bayaran yang ia dapatkan jauh lebih besar dibandingkan uang jajan yang kita dapatkan dari ayah dan ibu kita?

dan pagi itu, setelah sekian lama.. saya kembali melihatnya..
dengan baju batik lusuh yang sepertinya hanya satu-satunya ia miliki, ia membantu mengambilkan 2 ember air dengan sebuah kayu di pundak kanannya..
lelah tampak di raut wajahnya..
sepatunya bolong... mungkin karena terlalu lama ia kenakan...
setelah itu, ia lihat sekeliling dan melihat sebuah botol aqua yang tercecer di jalan maka ia masukkan ke dalam kotak sampah..
sungguh terharu aku melihatnya...
ingin sekali aku menanyakan padanya, "pak sudah makan belum?? mari makan bersama saya..."
namun aku hanya bisa terdiam menyaksikan kebodohanku sendiri...
aku malu untuk melakukan kebaikan, namun seringkali tidak berpikir panjang dalam melakukan keburukan...
tak terasa hidungku mulai sembab..
mataku mulai basah..
tak nafsu lagi sebenarnya aku menghabiskan bubur ayam yang berada di atas tangan kiriku...
hilang sudah laparku...
aku ini siapa?
mengapa ia harus menerima nasib seperti itu?
begitu banyak hal yang ia kerjakan.. namun hampir tidak ada yang memperhatikannya..
atau mungkin hanya sekedar untuk mengucapkan "terima kasih pak..."

tertegun aku dari kejauhan...
aku ikuti gerak-geriknya..
langkahnya terlihat gontai..
perlahan aku berdoa dalam hati...
Ya Rabb, muliakan bapak ini... muliakan bapak ini...
berikan rizki yang cukup kepadanya..
rahmati dia...
dan perlahan ia pun mulai menghilang ke kejauhan...

setelah itu aku bangkit dari dudukku dan berjalan perlahan..
tak berani kutatap mataku ke atas..
aku hanya berjalan menatap ke bawah menuju ruang kuliahku..
malu aku melihat diriku sendiri..

kumasuki ruang kuliah, dan ternyata belum ada siapa-siapa..
hanya dosenku yang sedang berbicara lewat telepon genggam yang ia miliki..
padahal ini sudah pukul 9!
bukankah kuliah hari ini mulai pukul 9?
sekitar pukul 1/2 10 barulah kami mulai perkuliahan hari itu..
hilang sudah sebenarnya semangatku..
mataku begitu ngantuk karena harus bergadang tadi malam..
absensi belum diambil..
maka aku menyediakan diri untuk mengambilnya seorang diri..
aku pikir mungkin aku bisa sejenak menghirup udara segar di luar ruangan kelas..
maka kakiku melangkah ke ruang SBP (sub bagian pendidikan)..
ternyata absensinya tidak ada..
temanku menyusulku ke ruangan itu..
kami diminta untuk membuat absen tersebut di atas secarik kertas..

aku katakan pada temanku, "aku ingin cari angin dulu.."
ternyata ia pun ingin membeli gorengan terlebih dahulu..
ketika aku terduduk...
tak sengaja kulihat seorang ibu paruh baya yang tidak asing bagiku sedang menyapu seorang diri...
maka perlahan kudekati dia..
aku meminta maaf karena acara tadi malam telah menyisakan banyak sampah berserakan di sekitar kampus..
kemudian aku pun bertanya mengapa ia hanya sendirian? ke mana rekannya yang lain yang biasa membantunya...
maka ia pun mulai bercerita..
bahwa yang lain itu malas.. kalau diingatkan, alasannya selalu sama: lupa.
padahal bila dibandingkan dengan ibu di hadapanku ini,
mereka jauh lebih muda...
seharusnya jauh lebih kuat dan sehat..
memang kita yang muda seringkali kalah pada yang tua..

maka aku pun menawarkan diri untuk membantunya menyapu teras kampus..
tanpa pikir panjang lagi, maka aku pun segera mengambil sapu lidi yang tergeletak di bawah..
pikirku, kuliah kutunda dulu...
ini jauh lebih penting dibandingkan tumpukan teori yang selalu kudapatkan di kelas tanpa pernah sempat kuterapkan dalam hidupku..
pokoknya masa bodo, pikirku..
aku mau membantu ibu ini menyapu..
temanku yang baru datang membawa gorengan, memutuskan untuk ikut membantuku menyapu teras kampus kami..
ternyata lelah juga ya?
selama ini, saya hanya bisa mengotori..
dan jarang sekali menyempatkan diri untuk membersihkannya..
baru terasa saat itu oleh ku, seperti apa rasanya menyapu teras kampusku..
butir keringat pun mulai bermunculan di keningku, dan membasahi bagian belakang baju kemejaku..
tapi aku senang...
aku tidak peduli dengan apa kata orang-orang di sekitarku..
kuluruskan niatku untuk membantu ibu ini membersihkan kampusku sendiri..
setelah itu selesai, maka aku pun pamit dan segera memasuki kelas...
maka aku pun kembali duduk di kursi itu..
sambil sesekali memejamkan mataku,
atau merebahkan kepalaku ke atas meja di hadapanku..
itulah aku=D

November 24, 2006

sebuah titik penuh makna..

dengan namaMu yang menguasai segala yang berjalan di muka bumi ini...

kehidupan penuh makna adalah impian yang diinginkan hampir sebagian besar orang
di muka bumi ini. bagaimana ya rasanya ketika kita sudah mencapai sebuah titik ketika kita
merasa bahwa kita telah memaknakan hidup ini secara lebih berarti?

yang pasti "titik" itu tidak berarti bahwa kita telah berpuas diri dengan segala hal yang ada
pada diri, namun justru senantiasa dinamis mencoba untuk senantiasa menjadi lebih baik lagi
dari sebelumnya tanpa menafikan keberadaan kita secara utuh sebagai seorang manusia dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang melekat pada diri. titik. tidak lebih tidak kurang.
bagaimana kita menyikapi hidup ini secara lebih positif, bahkan hal yang pahit sekalipun
menjadi manis karena kita dapat menyikapi dan mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penuh keikhlasan..

berat memang untuk melaksanakannya.. hari demi hari berbagai tantangan datang silih berganti.
terkadang terasa bahwa tantangan itu terasa begitu ringan sehingga kita masih bisa tersenyum
manis sembari berjalan menjawab tantangan yang menghadang.. namun kadangkala pula, kita
terpaksa menahan mulut kita rapat-rapat meringis menahan aliran tantangan yang terasa begitu
berat menghadang.. tapi bukankah Tuhan tidak menimpakan kesulitan pada hamba-Nya kecuali
ia mampu mengembannya?

seringkali saya merasa bahwa beberapa teori untuk membuat hidup ini menjadi lebih bermakna
sudah terekam dengan jelas di dasar kepala ini.. sangat personal memang.namun, ternyata begitu sulit rasanya untuk mencoba menghayati, meresapi, dan mewujudkannya dalam kehidupan nyata ini.. perlu keikhlasan untuk mengendalikan diri, menahan segala bentuk kesenangan yang seringkali mengelabui diri untuk menembus batas kesadaran diri yang selama ini menghantui kita..
ya.. batas. batas inilah batas yang kita buat sendiri dan membatasi kemampuan kita untuk hanya
bergerak di area itu-itu aja. inilah yang disebut dengan 'comfort zone'; sebuah zona nyaman
dimana kita merasa begitu aman berada di dalamnya. sebuah kenikmatan semu yang sebenarnya
bisa melenakan.

beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film yang berjudul "1 litre of tears". sebuah film
yang menurut penuturan beberapa teman saya mampu untuk membuat orang sangar sekalipun
akan berubah menjadi begitu melo dan bercucuran air matanya menyaksikan perjuangan yang
sang tokoh lakukan dalam meneruskan hidupnya..

film ini adalah sebuah kisah nyata tentang perjuangan seorang remaja perempuan jepang yang mengidap penyakit SCD (penyakit yang berhubungan dengan sumsum tulang belakang dan mengakibatkan otak kecilnya perlahan-lahan mengecil) yang belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya.
pada saat itu ia berumur 15 tahun, seorang remaja energik penuh semangat menjalankan berbagai
aktivitasnya sehari-hari. hingga kemudian ia menyadari bahwa ia memiliki penyakit tersebut dan
hanya memiliki waktu beberapa saat lagi sebelum ia benar-benar tidak lagi mampu berjalan,
berkata-kata dan hanya dapat terbaring dengan lemas di atas tempat tidur menanti ajal tiba.

luar biasa. itulah kata yang bisa saya ucapkan mengomentari apa yang dilakukan oleh perempuan
tersebut. semangatnya yang begitu luar biasa mampu mengatasi berbagai keluhan yang ia miliki
sebagai seorang manusia biasa dengan segala kekurangan yang ia miliki. lagi-lagi hal ini berujung
pada kata "aku ingin memiliki makna bagi orang lain.. bermanfaat bagi orang lain".
kembali saya tertegun dibuatnya.. mengapa kembali kepada kata ini?

saya pun kembali teringat pada kisah prof. Morrie yang juga mengalami hidup yang hampir sama
dengan apa yang dialami tokoh dalam film 1 litre of tears tersebut. Kehidupannya berubah ketika
ia mengetahui bahwa "kehidupannya" akan berakhir sebentar lagi. Sempat ia tergoncang beberapa
saat, namun akhirnya ia mampu bangkit dan justru menjadi manusia yang mampu mengakselarasikan hidupnya dengan begitu luar biasa. Dan ia pun menuturkan kata yang lebih kurang sama, "aku ingin bermakna bagi orang lain". itulah yang ia tuturkan di hari-hari terakhirnya di muka bumi ini.
kisah ini terekam dengan begitu indah dalam buku berjudul "Tuesday with Morrie" (telah diterjemahkan ke indo dengan judul "Selasa bersama Morrie" (terima kasih pada teman yang memberikan saya kesempatan untuk dapat membacanya=D). begitu inspiring.. penuh makna..

Ternyata hal ini senada dengan apa yang pernah nabi katakan, "sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi sesamanya".

mampukah kita menggapai titik tersebut?
atau mungkin kita sudah cukup berpuas diri dengan apa yang ada pada diri kita saat ini?
itu semua dikembalikan kepada diri kita sendiri..
mari maknakan diri secara lebih berarti.



February 06, 2007

Masa-masa terakhirku di BEM Fapsi...

bismillah...

tak terasa 2 bulan lagi aku akan mengakhiri langkahku di BEM Fakultas Psikologi Unpad. Banyak cita, banyak rasa, banyak suka dan duka yang aku alami di dalamnya. berbagai hal yang terjadi seringkali mengundang banyak tanya dan memancing munculnya seribu satu jawaban untuk menjawabnya.

begitu banyak hal yang telah kupelajari di sini.. hal-hal yang mungkin tidak mungkin kupelajari
pabila aku saat itu, satu tahun yang lalu, tidak memutuskan untuk mengambilnya dan secara bersamaan melepas berbagai rencana kebahagiaan yang sudah kususun matang-matang di luar kampus. sebuah langkah yang sama sekali tidak masuk dalam daftar hidupku tiba-tiba masuk menyusup ke dalam salah satu rentang waktu masa hidupku. aku tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi. adalah sebuah keniscayaan bahwa setiap keputusan akan membawa sebuah konsekuensi. itulah salah satu hal yang aku pelajari selama berada disini, di kampus ini.

setelah usai memasuki tahun kedua periode kepengurusanku di fapsi unpad tercinta, aku (seperti layaknya kawan-kawanku seangkatanku waktu itu) merasa ingin lepas dari segala kepenatan yang perlahan-lahan memasuki sela-sela ruang otakku. aku ingin bebas dari segala aroma kampus, aku ingin berkarya di tempat lain. di saat yang bersamaan, aku pun menjadi begitu sedih karena kakak-kakakku yang kuanggap begitu kompeten perlahan satu per satu meninggalkan kampus untuk melangkah menuju fase kehidupan selanjutnya. bingung aku dibuatnya. tiada lagi kawan untuk teriak-teriak seperti dahulu.. siapa yang akan menemaniku bersuara nyaring seperti dulu? begitulah pikirku saat itu. maka aku pun memutuskan untuk beristirahat dan menjauhkan diri dari segala hal yang berbau 'organisasi kampus'. aku ingin fokus belajar, kuliah, dan tentu saja menjalankan berbagai hal yang menantang yang mungkin akan aku temukan di luar sana.

ketika itu aku duduk di sebuah kantin di kopma unpad bersama salah seorang seniorku yang dahulu juga pernah aktif di keorganisasian kampus. pada saat itu sebenarnya aku hanya menemaninya duduk-duduk di sana sembari menikmati sebotol minuman ringan dingin melepas dahaga. di saat itulah, berhadap-hadapan kami berbicara ngalor ngidul dan entah bagaimana sampailah juga pada topik itu. aku mengatakan padanya bahwa aku akan segera pensiun dari kampus dan mulai beristirahat dari segala kegiatan kemahasiswaan kampus. ia malah menanggapiku dengan dingin dan berkata: "gw pengen liat berapa lama elo tahan ga ngapa-ngapain!". dan benar saja.. aku tidak tahan untuk berlama-lama berdiam diri! pegal rasanya punggung ini jika harus seharian berada di kosan tanpa melakukan apa-apa.. aku rindu suasana itu.. suasana ketika kepalaku berdenyut-denyut, kewalahan memikirkan apa yang harus kami lakukan untuk mengatasi tantangan yang datang menghadang.

aku mencoba kembali merenungi keputusan itu.. mencoba mencerna kemana aku akan melangkah selanjutnya. aku bukan seorang masokhis yang senang menerima segala macam bentuk kesakitan yang menggores luka pada diri.. namun aku juga enggan menjadi seorang apatis yang acuh tak acuh berusaha mengaburkan segala realitas menjadi sebuah utopia. lalu aku ingin menjadi apa? bingung aku saat itu.. mungkin aku hanya ingin menjadi diriku apa adanya. mencoba memahami kembali diriku apa sebenarnya mauku. itu! tidak lebih tidak kurang.

dan entah apa yang membentur kepalaku pada saat itu, aku pun bertekad untuk menjadi generasi penerus kakakku yang kuanggap "hebat" itu.. dan bahkan aku bertekad bahwa aku harus lebih "hebat" lagi. tiada lagi waktu toleh kanan dan kiri menunggu-nunggu kalau-kalau ada orang yang akan muncul menggantikan mereka. aku yang akan menggantikan dan meneruskan perjuangan mereka. begitulah sombongku kala itu, yang kuiringi dengan segala kerendahan diri bahwa aku hanyalah seorang hamba biasa yang mencoba untuk menjadi lebih dari biasa.

fenomena ini kembali kulihat kembali di kampusku tercinta pada diri adik-adikku kini yang hampir usai menjalankan 2 tahun periode kepengurusannya di kampus tercinta ini.. gejala yang sama juga membayangi mereka untuk segera hengkang dari segala bentuk keorganisasian di kampus ini. banyak sekali rupanya.. ada yang bilang bahwa 'aku ingin fokus belajar'.. sementara yang lain berkata, "'aku sudah tidak sanggup lagi'.. dan ada beribu macam alasan khas yang terlekat pada kepala mereka. aku hanya bisa tersenyum melihatnya. persis seperti aku dulu. begitu pikirku. tapi aku merasa begitu sedih ketika tidak ada seorang pun yang mau menjawab tantangan dan memutuskan untuk meneruskan apa-apa yang telah aku lakukan selama hampir satu tahun ini.. tiada kelegaan yang meresap di dada ketika aku harus meninggalkan kampus ini. siapa yang akan meneruskan perjuangan ini? haruskah hal-hal yang sudah tertata dan tercapai, dirintis satu persatu oleh keringat dan jerih payah orang-orang terdahulu sebelumku harus sirna begitu saja dan kembali ke zaman batu?

Tuhan, izinkan aku bertanya pada diri.. salahkah aku bertanya seperti ini? adakah sombongku yang justru datang menghampiri? jika benar begitu adanya, mohon Engkau cabut hingga ke akar-akarnya dari tubuh lemahku ini. Tuhan, mohon berikan petunjukMu..

dua bulan lagi masaku.. apa yang telah aku lakukan? apa yang belum aku lakukan? bantulah aku untuk mengajak teman-temanku untuk mengerahkan segala daya dan upaya untuk memberikan yang terbaik bagi kampus ini. luruskan segala yang bengkok.. teguhkan segala yang rapuh.. sepenuhnya aku mohon padaMu, rahmatilah mereka semua. berikan kami kekuatan untuk menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya.. dengan penuh keikhlasan dan semangat untuk senantiasa berbagi dan memperbaiki diri.
kami ingin lebih baik lagi!

hidup ini adalah pilihan.. setiap orang memiliki perannya masing-masing. jadi.. peran apa yang akan kita jalani?
apa pun peran yang kita jalani hendaknya kita lakukan dengan penuh keikhlasan..
kepongahan dan kemarukan yang menahun pada diri yang telah dan akan membuat bangsa ini semakin hancur berantakan..
dan keniscayaan.. harus ada orang-orang seperti kamu dan aku yang mengambil bagian di sisi ini.
sadarilah diri, lakukan apa-apa yang kamu senangi dengan penuh keikhlasan. tapi ingat bahwa waktu tidak akan pernah sudi berhenti menanti kita untuk berpikir lebih lama lagi.
jadi ambillah saat ini.. sebelum saat ini menjadi masa yang lalu..=D

semangat!! semoga Allah selalu senantiasa merahmatimu dan aku.amin

February 06, 2007

Apakah Dunia ini hanya Aku dan Aku?

dengan namaMu yang jiwaku berada ditangannya..

kian lama kian diperhatikan ternyata dunia ini semakin individualis ya..
ketika tiada lagi yang namanya perhatian terhadap sesama, pokoknya diri kita sendirilah yang paling penting. orang lain? peduli amat..

entah apa yang salah pada jaringan2 otak yang berkembang di kepala kita..
apakah pola makan kita, pola asuh kita atau mungkin juga pola hidup kita yang semakin tidak jelas dengan ramainya film2 a.k.a sinetron2 yang benar2 mengubah paradigma kita akan arti sebuah nurani..
kita menjadi terbiasa untuk hidup seenak'e dewee, ngapain mikirin orang lain susah2..
padahal apabila kita mau berpikir sejenak, bagaimana andaikan kita berada pada posisi orang yang sedang membutuhkan bantuan?
mungkin saat ini kita bisa saja acuh tak acuh terhadap keadaan orang lain, tetapi mungkin yang perlu kita tanyakan pada diri kita sendiri saat ini adalah : apakah ada orang yang akan menolong kita ketika suatu saat nanti kita membutuhkan bantuan??

apakah selalu saja kepala kita harus 'terbentur' dahulu baru kemudian kita tersadarkan bahwa ternyata kepedulian terhadap sesama adalah suatu hal yang sangat penting dan mendasar di dalam kehidupan manusia? tidak cukupkah kita belajar dari pengalaman orang2 di sekitar kita yang baru tersadar bahwa setiap kita butuh untuk ditolong dan menolong?

kemanakah perginya nurani kita?
apakah kita jual nurani kita dengan harga murah untuk rasa gengsi kita yang begitu mulia? ataukah kita gadaikan rasa peduli kita, kita bekap dalam2 mengacuhkan berbagai hal di sekeliling kita?

masih teringat di dalam kepala saya dua kejadian yang entah kenapa terasa begitu miris di hati...

beberapa waktu yang lalu ketika saya hendak berkunjung ke tempat salah seorang teman, saat itu langit sedikit gelap pertanda hujan sebentar lagi akan turun. benar saja, ketika saya baru saja sampai di halaman tempat teman tersebut hujan pun mulai turun setitik demi setitik dan semakin lama semakin deras..
terlihat 2 buah sepatu yang tampaknya akan kehujanan apabila tidak segera dipindahkan ke tempat yang terlindung atap. beberapa saat kemudian keluarlah seorang mahasiswi yang mencoba menyelamatkan sepatu tersebut.. tapi apa yang ia lakukan?ia hanya menyelamatkan sepatunya sendiri!!!

padahal sepatu lainnya yang berjarak tidak sampai satu meter dari sepatunya berisiko untuk terkena hujan dan basah.. tapi apa yang ia lakukan? dengan langkah kemayu ia angkat sepatunya sendiri meletakkannya di tempat yang teduh dan kembali masuk ke dalam tanpa sedikit pun tergetar hatinya untuk membantu mengangkat sepatu yang dekat darinya, yang mungkin hanya akan menghabiskan waktu beberapa detik saja untuk mengangkatnya..
tapi apa yang ia lakukan? fuihh... ia hanya sibuk memikirkan dirinya!!!
sedih sekali rasanya menyaksikan fenomena ini di depan mata kepala saya sendiri..

saya tau, mungkin ia tidak kenal siapa pemilik sepatu itu.. ia juga bukan teman pemilik sepatu itu.. tapi apakah atas dasar ini ia tidak mau menyempatkan barang beberapa detik saja untuk membantu memindahkan sepatu saudaranya yang lain?
semoga Allah memberikan cahaya kepada hatinya untuk tergerak menolong sesama. amin

Kali lain ketika saya sedang berjalan melintasi JATOS, salah satu mall di kawasan pendidikan jatinangor, ketika itu salah satu pembatas jalan yang berbentuk kerucut berwarna orange menyala terjatuh dan tergeletak di tengah jalan. Hal ini tentu saja menghambat laju kendaraan yang melintas. Tidak beberapa jauh dari situ, seorang pemuda tampak mengobrol dengan santai dan seorang tukang ojek sedang menunggu mahasiswa yang mungkin memakai jasa motornya.tetapi keduanya sama sekali tidak bergeming dari posisinya melihat pembatas jalan itu aral melintang di tengah jalan dan menghambat laju kendaraan..

tidak terlintas sedikit pun di kepala mereka, bahwa mungkin mereka bisa membantu untuk mengangkat pembatas jalan yang tidak terlalu berat tersebut ke pinggir jalan.. bukankah bagi umat muslim usaha untuk menyingkirkan halangan di tengah jalan ke pinggir adalah juga bagian dari iman? kemana perginya budi pekerti orang2 indonesia yang dikenal ringan tangan dalam membantu sesama?

inilah kenyataan di depan mata kepala kita sendiri.
apakah kita termasuk orang2 yang mengabaikan nurani?
bila ya, maka sekarang lah saat nya yang tepat untuk kembali menata diri..
Sungguh Islam itu dibangun atas dasar kasih sayang kepada sesama manusia..
Jadi beranikah kita untuk mengubah diri kita ke arah yang lebih baik?

walahu'alam


March 16, 2007

"ternyata dunia masih berputar..."

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ternyata dunia memang masih berputar..

segala puji bagimu Tuhan, kembali aku pada titik ini.. sebuah titik untuk kembali. kembali menghadapi diriku sendiri,bersama dengan orang lain.

kini aku akan mengatur kembali perjalananku.. bersama teman2ku.

melewatinya bersama seperti sedia kala=D

Dunia memang masih berputar, tiada waktu untuk menunggumu berdiri tertegun terdiam terpaku.

ini jamannya globalisasi bung! era modern di mana siapa pun bisa mengendalikan segala sesuatunya dengan kepala!

bila kepala,hilangkah hati?

kepercayaan kini perlahan memudar.. tapi itu pertanda bahwa ujian itu saat ini kembali datang untuk menyapamu lebih baik lagi=D menanti sebuah kepercayaan yang jauh lebih besar lagi.

yah.. aku pernah mengalaminya dahulu.. dahulu sekali. semuanya menghadapkanku kembali pada diriku sendiri.

Ya.. diriku dan segala kesempatan yang mungkin hanya kumiliki saat ini. satu pertanyaan:

"mampukah engkau mengatasi dirimu sendiri kawan?"

ingatlah baik2 untuk menikmati hidup ini. perjuanganmu kini memang belum bertepi, senantiasa mengondisikanmu untuk selalu melangkah lebih maju.

tapi apabila boleh kusarankan,manfaatkanlah waktumu lebih baik lagi.penuhi kembali rongga2 yang masih menganga.

ini demi kebaikanmu kawan=D

mari berputar bersama2 dengan putaran dunia yang luar biasa!

October 26, 2007

opini saya tentang demonstrasi...

Media Indonesia Selasa, 05 Agustus 2008 00:01 WIB
Memberikan Makna Demonstrasi

HARGA minyak dunia hingga saat ini masih bertengger di atas level US$100 walaupun pada beberapa pekan terakhir menunjukkan penurunan cukup tajam. Ancang-ancang dipertunjukkan negara para penghasil minyak karena pakar ekonomi memperkirakan harga minyak dunia akan menginjak pada level US$200 pada penghujung tahun ini. Sebut saja Hugo Chavez (Venezuela), presiden pengagum Fidel Castro tersebut melakukan upaya nasionalisasi minyak.
Yang terjadi di negeri kita malah sebaliknya. Dengan becermin pada 2005, pemerintah seolah kebakaran jenggot dengan menaikkan harga BBM konsumsi di tingkat masyarakat. Antisipasinya adalah melakukan program subsidi, itu pun berhasil dalam jangka waktu setahun.
Tangisan masyarakat yang kelaparan menyeruak di berbagai kota, inflasi beranjak naik sementara angka pengangguran mengikuti, pendidikan murah hanya jadi wacana ketika anak-anak putus sekolah mengamen di perempatan jalan. Ironis, sebagian wakil rakyat seolah menyembunyikan batang hidung mereka menandakan krisis kepercayaan terhadap mereka.
Sejalan dengan itu, gerakan mahasiswa menentang kebijakan memanas.
Klimaksnya terjadi pada demo mahasiswa pada 24 Juni 2008 di Gedung DPR, para demonstran melempari polisi dan merusak pintu gerbang DPR.
Mereka merusak sejumlah mobil. Bahkan, sebuah mobil berpelat merah dibakar di depan Kampus Atma Jaya. Insiden itu melukai 21 orang. Sebanyak 16 orang di antaranya polisi. Banyak pihak menyayangkan aksi anarkistis tersebut.
Menurut Angga, 19, mahasiswa Hubungan Internasional Unpad Bandung, menyesalkan kerusuhan demonstrasi di depan gedung DPR yang terjadi beberapa waktu lalu. Baginya, tindakan tersebut mengarah pada vandalisme, artinya perusakan sporadis yang diinginkan sekelompok orang yang mungkin bisa jadi mencari perhatian media.
"Sejatinya tuntutan mahasiswa adalah meminta respons dari pemerintah, tetapi saya tidak setuju dengan adanya perusakan dengan cara membakar mobil pelat merah," ujar Angga yang juga aktif di organisasi LMND Bandung.
Reza Fathurrahman, 23, mahasiswa Psikologi Unpad mengatakan dalam kaitannya dengan demo anarkistis, itu sebenarnya sudah di luar batas toleransi. Menurutnya, mahasiswa harus berhati-hati dengan aliansi-aliansi yang saat ini banyak didirikan tanpa ada arahan yang jelas, harus dapat memilah milah aliansi yang memang sejak awal berdiri dengan tujuan dan arahan yang jelas, jangan berpihak pada aliansi yang hanya berdiri karena momentum tertentu. "Seharusnya demo mahasiswa kembali lagi kepada tujuan yang sebenarnya, demo yang dilakukan harusnya proporsional, sesuai dengan kebutuhan," ujarnya.

Mengubah paradigma

Reza mengharapkan perlu adanya perubahan paradigma. Paradigma awal pesimistis mengenai Indonesia harus perlahan-lahan diubah menjadi sebuah optimisme. Optimistis bahwa Indonesia akan maju ke arah yang lebih baik adalah pemikiran utama yang harus diterapkan pada benak setiap warga.
Selain itu, pendidikan yang lebih baik lagi harus dapat diterapkan di masyarakat. Masyarakat harus mendapatkan pendidikan yang baik sehingga mereka dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.
Mahasiswa memiliki potensi ketulusan untuk membangun bangsa, potensi itulah yang harus dikembangkan. Masyarakat jangan terlalu reaktif sebelum paham terhadap apa yang ingin disampaikan dari sebuah demo mahasiswa. "Pemerintah dan masyarakat jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dan menggeneralisasikan sesuatu sebagai sesuatu yang mutlak," ujar Reza.
Kedua, demo yang dilakukan harus proporsional. Sebelum melakukan aksi penyusunan konsep harus matang, bahkan the worst planning (rencana terburuk) harus disiapkan. Pelajari ilmu komunikasi massa dan propaganda dan bina jaringan dengan benar.
Sementara itu, bagi dosen sosiologi Stikom Bandung NR Ruyani Ssos Msi, perilaku demonstran yang menunjukkan sisi kekerasan adalah sebuah perilaku emosional. Artinya, individu maupun kelompok mencoba untuk menghindarkan dirinya untuk disalahkan. "Kebanyakan demonstrasi dilucuti sikap emosional individu demonstran, gejala itu yang sering muncul saat demonstrasi berujung rusuh."
Demonstrasi terimbas oleh disosiatif, artinya hubungan yang merugikan. Simak saja akibat ulah para demonstran yang berujung rusuh, secara materiil perusakan terhadap sarana dan prasarana negara hanya menimbulkan kesia-siaan.
Sejatinya, demonstrasi membutuhkan pengendali yang tepat. Petugas keamanan harus bekerja secara profesional, artinya mereka sebagai pengendali sosial. Para demonstran yang brutal diberikan efek jera pada perilaku yang tidak terpuji. Hal itu agar tidak menjadi buah simalakama. "Masyarakat menjadi bingung menilai aparat dan mahasiswa saat kerusuhan terjadi," ujar Ruyani. Huyogo, Astri/T-1
August 13, 2008 | Permalink | C

Quote of The Day :

"Mantapkanlah diri untuk mengakui kealfaan diri saat kritikan tajam datang menyapa.. terasa berat,namun sesungguhnya meringankan!"

Label Cloud


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips