Saturday, February 28, 2009

Beragam Cara untuk Berbagi...

Bismillahirrahmanirrahiim....

Alhamdulillah akhirnya setelah sekian lama tidak menulis, saya bisa kembali meluangkan waktu untuk kembali berbagi.
Tema tulisan ini sebenarnya sederhana, tentang beragam cara untuk berbagi. Setiap orang (yang ingin berbagi) memiliki beragam cara untuk menyalurkan keinginannya untuk berbagi. Dan ternyata, berbagi ini tidak terikat atau tergantung kepada sedikit atau banyaknya materi. Namun, satu hal yang menjadi kesamaan di dalam hati mereka: hati yang kaya dengan rasa peduli terhadap sesama.

Berbagi tentunya tidak perlu terkendala dengan harta. Bahkan Rasulullah SAW pernah menghibur sahabatnya yang tidak memiliki harta benda sama sekali, namun memiliki motivasi yang tinggi untuk turut berbagi seperti para sahabat lain yang memiliki kecukupan harta. Beliau kurang lebih berkata, "memaafkan orang lain itu pun sedekah=D". Maka orang itu pun kembali bersemangat untuk lebih banyak bersedekah dengan memaafkan orang lain.

Sungguh menenangkan ketika kita menemukan orang-orang yang memiliki kerendahan hati dan ketulusan untuk membantu sesama di tengah berbagai kondisi negatif yang menghiasi negeri ini. Seperti Ibu Murni, yang tinggal beberapa meter dari perempatan lampu merah tol pasteur. Di sebuah bilik tembok yang berukuran lebih kurang 4 X 3 m, beliau tinggal bersama dengan ketiga orang buah hatinya. Namun, di tengah segala keterbatasan, beliau senantiasa menyambut kami (yang beberapa waktu lalu melakukan penelitian tentang anak-anak jalanan di sana) dengan segelas kopi susu hangat atau segelas teh botol dingin sebagai penyejuk dahaga. Dan tidak pernah merelakan kami untuk membayar minuman tsb.. Setiap kali kami datang, beliau selalu menyambut dengan ramah. Di tengah keterbatasan ekonomi yang beliau hadapi, beliau bahkan mungkin lebih kaya dari kebanyakan kita.. kekayaan hati beliau benar-benar membuat saya malu. Jujur, saya benar-benar malu. Semoga Allah senantiasa merahmati beliau. Semoga keinginan beliau untuk mendapatkan modal dan membuka sebuah warung nasi bisa terwujud. amin.

Lain pula cara sekelompok anak-anak orang kaya di bilangan cinere, jakarta. Saya bersyukur ini benar-benar terjadi.. di sela-sela penayangana berbagai sinetron sarat kemewahan yang menampilkan anak-anak orang kaya dengan mobil-mobil dan rumah mentereng yang angkuh sikapnya kepada sesama, mereka benar-benar membuktikan bahwa tidak semua "anak orang kaya" itu lupa diri dan tinggi hati.

Tahukah kawan-kawan bagaimana cara mereka berbagi? sungguh unik.. setiap weekend sekelompok anak muda ini berpakaian perlente lengkap dengan mobil mewah mereka datang ke hotel-hotel berbintang di bilangan jakarta. Untuk apa? mereka bilang, kalau mereka tidak berpakaian demikian, mana mungkin mereka bisa masuk ke pesta-pesta "penuh gizi" di hotel-hotel mewah tsb. Namun, berbeda dengan para tamu VIP yang hadir malam itu.. mereka membungkus sisa-sisa makanan bekas pesta dan menyisihkan makanan-makanan mubazir yang tidak sempat dicicipi oleh orang-orang yang hadir di pesta tsb. Mereka melakukan hal yang sama di beberapa pesta malam itu.. Dan kemudian: mereka membagi makanan tsb ke anak-anak jalanan di bawah kolong jembatan.. gelandangan-gelandangan yang lama tidak makan.. melalui uluran tangan mereka, Allah berikan limpahan rizki dan kasih sayang kepada kaum terpinggir jakarta. Dan ini benar-benar terjadi! Mungkin amal mereka ini, membuat mereka lebih layak untuk memasuki pintu surga lebih dulu dibanding kita semua. Luar biasa!
Semoga Allah merahmati mereka. amin.

Kawan, ternyata ada beragam cara untuk berbagi.. tak terbatas pada kekayaan, jabatan atau siapa pun kita.. kalau demikian kawan, "Sudahkah kita memiliki cara untuk berbagi?"

Salam hangat untuk kawan-kawan semua.

wassalam


picture taken from http://www.onelegacy.org


Saturday, February 07, 2009

Tamu dari HAMAS silaturahim ke Jatinangor


Bismillah..

Sebenarnya berita ini agak mendadak saya terima.. baru kemarin siang saya menerima kabar bahwa seorang anak muda palestina kelahiran 1986 akan berkunjung ke bumi jatinangor dan berbincang dengan para anak-anak muda a.k.a mahasiswa unpad dan sekitarnya.

Alhamdulillah tadi siang beliau menyempatkan untuk bersilaturahim ke jatinangor selama lebih kurang 1 jam setengah. Beliau adalah Kang Muhammad, putra dari Abu Marzuq (Wakil Ketua Biro Politik HAMAS). Sayangnya, saya baru dapat hadir pada 30 menit terakhir. Sesi silaturahim ini berlangsung sederhana di sebuah masjid di bilangan Jatinangor dan dihadiri oleh lebih kurang 100an mahasiswa. Sebenarnya saya berpikir mungkin akan lebih baik bila bisa mengikutsertakan lebih banyak lagi masyarakat secara umum dalam silaturahim ini. Karena ada beberapa pertimbangan, pihak panitia memutuskan untuk tidak menyebarkan acara ini secara luas. Hanya dari mulut ke mulut. Insya Allah saya percaya ada alasan yang sangat penting dibalik kebijakan tsb. Saya perhatikan sebagian besar yang hadir adalah para mahasiswa, sebagian kecil di antaranya ada masyarakat dan orang "tua".

Kedua orang tua saya alhamdulillah berkesempatan untuk hadir dan duduk mendengarkan tuturan dalam bahasa arab fusha' yang panjang dan penuh semangat.. meskipun tidak terlalu banyak mengerti, namun pada waktu-waktu tertentu para hadirin menggemakan takbir secara serentak.. memang ada translator, tapi mungkin keterikatan hati inilah yang membuat kami "seolah" mengerti perkataan beliau.

Meskipun tidak terlalu lama memperhatikan dialog tsb, namun ada beberapa hal yang saya dapatkan dari dialog ini.. Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat.

Yang pertama, walaupun lebih muda satu tahun dari saya, namun Muhammad (begitulah ia disebut) tampak memiliki usia psikologis yang lebih tinggi dibandingkan usia kronologisnya. Mungin tidak seperti kebanyakan anak muda di Indonesia yang mungkin menghabisan hampir seluruh waktunya dengan keduniawian, beliau memiliki
jiddiyah (kesungguhan), wawasan yang sangat luas dan pemahaman yang dalam aplikasi medan perjuangan yang sesungguhnya: di dalam peperangan fisik yang penuh tekanan dan ancaman.

Kedua: Boleh jadi, saya pikir ini memang hanya masalah perbedaan tempat dan waktu. Bentuk perjuangan di palestina, mungkin berbeda dengan bentuk perjuangan di Indonesia yang konon katanya merupakan "surga para aktivis". Di negeri kita berbagai macam pergerakan tumbuh subur. Euforia pasca reformasi memberikan kita kelapangan untuk berkumpul dan berdiskusi bersama di sebuah tempat tanpa khawatir akan ditangkapi atau digrebek. Sedangkan di negara-negara timur tengah, berkumpulnya beberapa orang di dalam sebuah tempat bisa sangat berbahaya.

Ketiga, ketika salah seorang hadirin bertanya mengenai apa rahasia kesuksesan HAMAS dalam pesta demokrasi, dalam memenangkan kepercayaan rakyat palestina (khususnya gaza), dan yang paling anyar kemenangan di dalam peperangan melawan Israel; beliau menyampaikan sebuah hal sederhana yang sangat signifikan di balik kesuksesan yang mereka peroleh. Apakah itu? Beliau mengatakan bahwa kesuksesan yang HAMAS dapatkan tidak akan dapat dicapai tanpa kontribusi para ummahat (para ibu)! para ibu yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan mentalitas seorang pemenang! "tidak akan mungkin kami bisa memenangkan peperangan ini tanpa bantuan dari para ibu", kata beliau.

Beliau juga sempat menyampaikan bahwa zionis israel (la'natullah alaihim) telah melancarkan berbagai strategi untuk menggugurkan kepercayaan (rasa
trust) rakyat palestina terhadap HAMAS. Namun, ternyata semakin digencet semakin kuatlah rasa kecintaan rakyat palestina terhadap HAMAS.

Strategi Pertama, dengan membuat pesta demokrasi. Zionis merencanakan agar HAMAS kalah telak. Namun, di luar skenario zionis, Allah justru memberikan kemenangan mutlak kepada HAMAS (menandakan kepercayaan rakyat palestina yang besar kepada mereka; HAMAS).

Gagal dengan yang pertama, kemudian mereka melancarkan strategi kedua: menutup semua gerbang masuk untuk mengisolasi palestina. Bila hal ini terus dilakukan, zionis berharap rakyat palestina akan mendeskriditkan (baca: menyalahkan) pemerintah mereka: Hamas. Namun, subhanallah.. yang terjadi justru sebaliknya. Justru bertambah kuatlah kecintaan rakyat palestina kepada mereka. Gagal dengan upaya ini, selanjutnya mereka melancarkan strategi ketiga: serangan militer secara brutal. Dengan sebuah harapan agar bom-bom dan peluru-peluru yang zionis arahan ke bumi palestina membuat rakyat palestina putus asa. Sehingga rakyat akan berpikir bahwa kondisi tsb terjadi karena kesalahan HAMAS. Namun, kembali Allah tunjukkan kebesaran-Nya: justru rakyat palestina semakin percaya bahwa HAMAS memang laya untuk diandalkan. Memang benar janji Allah dalam QS Ar-Rahman: ".. Tak ada balasan bagi kebaikan, melainkan kebaikan jua".

Beliau juga sempat memberikan paparan mengenai konflik yang terjadi antara HAMAS dan FATAH. Dengan bijak beliau mengemukakan bahwa sesungguhnya di dalam tubuh FATAH terdapat orang-orang yang memang memiliki ketulusan untuk berjuang demi kejayaan palestina. " Tidak semua anggota FATAH seperti Mahmud Abbas", kata beliau. Nampak jelas bahwa taktik
devide et impera juga turut dilakukan oleh zionis Israel dan kroco-kroconya.

Demikian beberapa hal yang bisa saya bagi.. Seperti biasa sesi silaturahim ini ditutup dengan foto-foto bersama..=b khas indonesia!

Ana uhibbukum fillah akhii..
Kami akan selalu senantiasa mendukungmu wahai saudara ku!
Terus bergerak wahai pemuda!

wallahua'lam bishshawab

Sunday, February 01, 2009

mengapa banyak orang tua kini cukup dengan dua anak?

Bismillah..

Alhamdulillah, setelah beberapa waktu terakhir tulisan saya lebih didominasi oleh "kegeraman" dengan dunia politik, akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk sharing tentang sebuah topik yang lebih ringan=D finally.. haha..

Inspirasi ini saya dapatkan dari perbincangan dengan bibi, sebutan bagi penjaga kosan saya. Sore hari, dua hari yang lalu kebetulan saya (akhirnya) Allah berikan kelapangan rizki untuk membayar kosan bulan januari yang sempat tertunggak selama 30 hari=b Di sore hari itulah, tanpa diduga beliau mengajak saya berbincang sejenak mengenai polah tingkah laku kawan-kawan tetangga saya di lingkungan kosan.

Awalnya beliau menanyakan kabar salah seorang kawan yang sudah beberapa hari ini tidak singgah ke kosan. Saya pun menjawab sekedarnya, "mungkin sedang urus S2, Bi...". Serba salah memang posisi saya.. Kalau saya katakan bahwa beliau sedang membangun bisnis, ada kemungkinan ia bisa didepak dari pondokan kami. Tapi, kemungkinan besar memang itu yang (saya dengar) ia lakukan: berbisnis. Maklum, ibu kos pernah berkata, "kos ini hanya untuk mahasiswa, bukan untuk karyawan atau orang yang sudah bekerja". Tapi, kenyataannya sebaliknya. Beberapa kawan memang sudah mendapatkan kerja, namun mengaku masih berstatus mahasiswa. Ya.. tidak ada salahnya memang. Mengingat kosan kami cukup terjangkau, dengan fasilitas yang bisa dibilang sangat memadai bila dibandingkan dengan kos-kosan lain di Bandung.

Perbincangan pun terus mengalir. Tampaknya saya lebih banyak menjadi pendengar yang baik. Beliau selanjutnya bertutur dengan logat jawanya yang sesekali masih terdengar jelas, "itu loh mas.. mas X itu loh.. suka bawa kawan perempuannya ke kamar". Saya masih terdiam. Beliau melanjutkan, "kadang-kadang sampai malam belum pulang-pulang! kadang datang siang-siang, kemudian pintunya ditutup. Saya sih bukannya mau buruk sangka ya mas.. tapi, mbo' ya pintunya jangan ditutup. Saya juga dulu kan pernah muda.. paham kalo sekali waktu sedang suka dengan lawan jenis. Tapi ya bagaimana kalau pintu ditutup kemudian ada setan yang lewat?". "Saya percaya kalau penghuni kosan sini orangnya baik-baik, tapi ya tolonglah mas.." Saya agak speechless memang menghadapi kawan saya yang satu ini.. terakhir ketika ibu saya datang, sempat disindir pulalah dia ketika ibu saya siang-siang melihat ia membawa kawan perempuannya (berjilbab pula) ke kamar dan kemudian ditutup. Tapi ya begitulah, tiada bergeming. Semoga Allah memberikan hidayah untuk membukakan hati beliau dan kita semua. amin.

Tak terasa lama juga sudah saya berdiri berbincang dengan beliau. Perbincangan terus berlanjut ke tingkah laku kawan-kawan yang lain, para penghuni lama (yang datang sebelum saya). Awalnya saya agak kurang enak karena Bibi ini bercerita dengan penuh semangat, terutama dengan volume suaranya yang keras dan jelas. Ini memang gaya khas beliau: kalau ngomong tidak bisa pelan-pelan.

Hingga keluarlah salah seorang kawan saya dari kamarnya di lantai bawah, dan kemudian ikut menanggapi. Ia menanggapi kawan yang tidak kunjung pulang, "ya.. ga boleh juga kita menjudge yang bukan-bukan.. mungkin dia memang sedang ada tugas kuliah di tempat kawannya". Kemudian ia menambahkan, "kita sudah pada besar-besarlah.. sudah bisa menjaga diri kita masing-masing". Bibi kemudian mengulangi pandangannya yang sempat ia sampaikan ke saya, "iya mas.. saya percaya.. tapi mbo' ya kalau ada kawan perempuan pintunya jangan ditutup!". "Tahu ga mas.. kenapa orang-orang zaman dulu itu senang anaknya banyak? karena anak-anaknya pada bisa saling menjaga diri..! kalau ada salah seorang di antara mereka yang bandel, yang lain mengingatkan 'ingat, kita jangan sampai menyusahkan ibu bapak'. Sehingga anak tsb pun tersadar kembali. Nah, kalau anak zaman sekarang? boro-boro... ibunya sampai nangis-nangis pun tidak sadar-sadar! itu sebabnya orang tua zaman sekarang ga pingin anaknya banyak-banyak. Cukup dua! kenapa? karena ngurus dua anak aja udah pusingnya bukan main!"

Mendengar kalimat tsb saya kemudian tersadar, "benar juga ya.. mungkin penyebabnya bukan hanya karena kendala ekonomi yang membebani untuk mewujudkan sebuah 'keluarga besar' dengan jumlah anak yang banyak. Tetapi lebih karena anak-anak zaman sekarang lebih sulit diatur dibandingkan dengan anak-anak di masa-masa sebelumnya"

Bagaimana kawan-kawan, ada yang memiliki keinginan untuk mewujudkan sebuah "keluarga besar"? ah, anak-anak zaman sekarang memang bikin pusing! (termasuk saya?)


Wallahu'alam

gambar diambil dari: http://alvianto.com/alvin/images/stories/Album/Keluarga/KelSampit.gif

Quote of The Day :

"Mantapkanlah diri untuk mengakui kealfaan diri saat kritikan tajam datang menyapa.. terasa berat,namun sesungguhnya meringankan!"

Label Cloud


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips