Wednesday, May 06, 2009

"Sebuah Pengingat Bagi Para Pengamat Politik"

Jujur.Saya sebenarnya enggan tertawa dalam mengamati berbagai hasil analisa capres-cawapres yang ditampilkan di TV akhir-akhir ini. Apalagi, boleh dikatakan bahwa saya termasuk orang yang senantiasa menantikan ide-ide segar dari kacamata para pengamat politik (baca: political analyst) sebagai 'second opinion' yang mampu memberikan sebuah 'penyegaran' terhadap fenomena politik yang sedang hangat di republik ini. Hasil analisa tsb menjadi menarik ketika disampaikan dengan gagasan sederhana yang realistis mencerahkan, dan mampu mengundang para pembaca untuk larut 'menerka-nerka' kemana sebenarnya alur pikir sang pengamat kan membawa kita.

Namun, apa boleh buat.. ketika akhir-akhir ini analisa-analisa tersebut menjadi terlalu mudah ditebak. Dorongan saya untuk tertawa kini menjadi kian menguat! Sebagian terlalu mudah ditebak dalam hal keberpihakannya pada salah satu calon. Sementara sebagian yang lain, entah karena kehabisan gagasan atau apa, mulai mengeluarkan analisa-analisa yang sebenarnya sudah tidak up-to-date (baca: kurang layak diterbitkan).Apakah sekedar upaya mempertahankan eksistensi? Hilang sudah minat saya.

Lihat saja misalnya hasil analisa yang dirilis oleh FISIP UI mengenai popularitas capres baru-baru ini. Dikabarkan bahwa popularitas Prabowo menngejar SBY. Menurut saya, untuk sebuah institusi yang cukup kompeten, topik ini kurang 'mencerdaskan'. Mengapa?Sederhana saja: Prabowo sudah tidak mungkin menjadi capres. Mau memakai berbagai struktur & gaya pembahasaan apa pun,tetap saja sangat tidak memungkinkan.Perolehan suara Gerindra (plus katakanlah, dukungan partai-partai kecil yang dikantongi) masih sangat jauh di bawah ambang batas 20%. Inilah yg disebut 'kurang mencerdaskan'. Isu yang sebenarnya tidak perlu dibahas lagi kok dibahas.

Contoh lain misalnya sorotan mengenai analisa terhadap elektabilitas pasangan JK-Wiranto. Berita pagi ini mengabarkan bahwa seorang peneliti di Makassar menyampaikan bahwa peluang pasangan tsb sangat besar. Menarik. Namun, kurang ilmiah. Mengapa?Kurang data! Saya pikir tantangan terbesar pasangan tsb saat ini adalah bagaimana caranya untuk lolos dari treshold 20% sbg prasyarat untuk maju menjadi capres. Tapi mengapa tidak ada media yang menyoroti?Silakan Anda simpulkan sendiri.Saya pikir para pengamat tentunya jauh lebih cerdas dalam menyadari isu ini. Oleh karena itu, sampai dengan saat ini saya masih meyakini bahwa hanya 2 pasangan capres-cawapres yang berkemungkinan besar untuk maju dalam PILPRES 2009 : Mega-Prabowo dan SBY-?.

Menyambung tulisan saya sebelumnya (baca "Menakar Kekuatan Partai Politik Besar Jelang PILPRES 2009), bagaimana kalau sekarang para pengamat mulai fokus menyoroti perihal "Visi Kekuasaan" (baca: prioritas agenda bila berkuasa). Menurut saya, isu ini jauh lebih menarik untuk dibahas daripada isu popularitas capres-cawapres yang melulu disoroti.

Tawaran Kontrak Politik PKS, misalnya. Kenapa tidak dipublish secara terbuka dan mulai diperbincangkan? Atau misalnya Kontrak Politik PDIP yang disampaikan saat kampanye PILEG kemarin, saya pikir sangat menarik untuk dikerucutkan lebih spesifik lagi sehingga tidak terlalu umum dan mengawang. Atau visi kekuasaan SBY yang secara de facto (berdasarkan perolehan suara PILEG) dipastikan akan kembali menjadi presiden periode 2009-2014?

Ide lain yang cukup penting untuk dikaji adalah mengenai fenomena menurunnya kontribusi (atau menurunnya sorotan dan publikasi?) para lembaga kemahasiswaan atau organ-organ ekstra pemuda terhadap pengawalan proses PILPRES 2009 yang baik. Sejauh mana mereka mengkritisi "Visi Kekuasaan" para kandidat capres-cawapres, dan lain sebagainya.

Nah,demikian opini saya dari kacamata rakyat jelata. Bagaimana menurut anda ?

picture taken from: http://lovesandcares.files.wordpress.com

Quote of The Day :

"Mantapkanlah diri untuk mengakui kealfaan diri saat kritikan tajam datang menyapa.. terasa berat,namun sesungguhnya meringankan!"

Label Cloud


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips