Monday, June 08, 2009

"The Genuine Master"

Sahabat, pernahkah anda membayangkan dalam benak anda bahwa sesungguhnya bangsa sebesar ini (mungkin) hanya dikendalikan oleh beberapa orang saja. Apakah Anda pernah membaca sebuah literatur yang menyatakan bahwa arah nasib bangsa ini memang berada di tangan sekira 5% dari total penduduk bangsa ini? Dengan asumsi bahwa total penduduk indonesia saat ini mencapai 250 juta jiwa, 5% berarti setara dengan 12,5 juta jiwa. Namun, jumlah tersebut nampaknya masih terlalu banyak bagi saya.. dalam benak saya bahkan jauh lebih kecil. Mungkin masih dalam kisaran hitungan jari.

Mereka ini bukanlah orang-orang yang sering tampil di permukaan, jauh dari hingar bingar media. Namun, mereka inilah sesungguhnya orang-orang yang memiliki kendali penuh terhadap polah orang-orang yang kita kenal sebagai "orang-orang hebat" bangsa ini. Mereka sepi dari sorotan, namun mereka sesungguhnya adalah yang paling signifikan.

Saya teringat sebuah buku yang bertutur tentang gerakan freemansory yang termasyhur kemudian sebagai gerakan zionis. Pada salah satu bagian buku, sang penulis menyebutkan bahwa utusan yang membawa "dokumen super rahasia" dirampok dalam perjalanannya menuju Istana salah seorang bangsawan di Inggris. Dari peristiwa tsb, terpaparlah grand design sejumlah pemimpin gerakan tsb yang jauh menembus ruang dan waktu. Bahkan, beberapa poin di antaranya kini terbukti terwujud. Penguasaan media, realisasi strategi adu domba sebagai pelemahan basis-basis kekuatan dunia, dsb. Para pemimpin tsb hanyalah sekian kecil dari total penduduk dunia kala itu. Namun, pengaruh mereka melingkupi sebagian besar dunia!

Apakah anda pernah membayangkan bahwa hal serupa mungkin terjadi di negeri kita? saya tidak mengatakan bahwa tidak ada resistensi terhadap mereka, namun kekuasaan yang mereka miliki sesungguhnya sangat powerful. Termasuk dalam mengendalikan berbagai skenario drama kehidupan sebagai upaya tarik-ulur dalam mempertahankan hegemoni. Bukan dalam skala partai, namun dalam cakupan yang lebih makro lagi.

Mereka bertemu secara periodik untuk membahas berbagai isu strategis yang berkembang dan menetapkan keputusan-keputusan sebagai arahan strategis operasional bagi operator-operator lapangan kelas satu yang mereka miliki. Termasuk, saya membayangkan, dalam skala kecil terkait dengan berita apa yang perlu diangkat selama kurun waktu tertentu. Untuk menjalankan peran ini, tentu kompetensi personal mereka tidak diragukan lagi.. sehingga jarak antara visi & mimpi tidak beranjak jauh dengan implementasi & realisasi..

Menariknya, seorang petinggi KPK yang kebetulan mengisi sebuah seminar bersama saya beberapa waktu lalu, memberikan justifikasi terhadap pandangan saya. Beliau menyebut orang-orang tsb dengan istilah "The Mind Master". Bahkan, beliau kini sudah selangkah lebih maju dari saya yang baru sampai pada level "menyadari" fenomena. Beliau telah sampai pada level "berbuat"!

Saat ini beliau sedang mewujudkan mimpi untuk membuat sebuah sekolah khusus yang mendidik anak-anak berkemampuan luar biasa di dalam sebuah tempat di jawa barat. Anak-anak ini, biasa kita kenal dengan sebutan "Anak Indigo". Saking yakinnya, beliau bahkan menyisihkan sebagian besar penghasilan yang ia terima sedikit demi sedikit untuk membangun pusat pengembangan diri khusus tersebut. Beliau menambahkan kepada saya bahwa berdasarkan penelitian, selama kurun waktu beberapa waktu ke depan jumlah kelahiran anak-anak indigo akan mengalami peningkatan. "Saya yakin bahwa mereka ini seharusnya dididik untuk bukan sekedar menjadi juara-juara lomba matematika atau fisika, tetapi juga dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan!", papar beliau. Ucapan beliau ini membuat saya teringat dengan figur super heroes semisal dalam film X-Men.

Ah, saya mungkin tidak sepenuhnya paham perihal rencananya dengan anak-anak indigo tsb. Namun, concern saya lebih kepada bagaimana mengembangkan orang-orang yang akan menjadi "The Genuine Mind Master" tandingan bagi "The Bad Mind Master" yang saya yakini kini bercokol di negeri kita. Mungkin beberapa lembaga semisal Nurul Fikri dan Republika telah memulainya. Namun, saya pikir perlu upaya yang lebih terintegrasi, lebih sistematis, lebih strategis dan lebih komprehensif untuk mewujudkan "The Genuine Mind Master" sebagai sebuah solusi bagi negeri. Mungkin saya sepakat dengan singkatan SOLUSI yang diberikan oleh petinggi KPK tsb: Stratejik Operasional Luwes Sistematis Integrasi!. Saya yakin ini nyata, bukan sekedar khayalan belaka.Bagaimana menurut Anda, sahabat? Wallahua'lam

"Cahaya di Atas Cahaya"

Seorang kawan pada beberapa kesempatan mengatakan kepada saya bahwa apa pun, siapa pun bisa menjadi guru bagi diri selama kita telah siap memposisikan diri sebagai murid . Saya sangat sepakat akan hal ini, meskipun tidak pada titik yang terlampau liberal (baca: ekstrem). Kita memang bisa belajar dimana pun, kapan pun, dan dari apa & siapa pun.


Namun, dalam opini saya, tetap bahwa manusia yang ingin belajar, praktis membutuhkan seorang guru yang mampu membantu kita untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan berpikir baru untuk mengembangkan apa yang sudah kita ketahui, minimal sebagai kawan diskusi yang baik. Singkat kata, manusia pembelajar tidak bisa (dan tidak akan mampu) belajar seorang diri.
Karena saya kini meyakini bahwa a greatman must always be a great learner, a great teacher, as well as a great disciple ; seorang yang mampu melakukan pencapaian hidup yang tinggi tentulah seorang pembelajar sejati yang juga merupakan guru yang baik sekaligus murid yang baik .
Ini pandangan saya, pandangan anda tentu saja boleh berbeda.

Tetapi sesungguhnya bukan perdebatan seputar itu yang ingin saya share dalam tulisan ini. Saya ingin berbagi sebuah pengalaman sederhana yang mengundang saya untuk mencoba memaknainya lebih banyak.Mungkin kawan-kawan sekalian bisa menemukan hal lain di dalamnya.

Kisah sederhana ini diawali dengan kebiasaan yang saya lakukan di saat saya sedang membutuhkan inspirasi. Di kala saya membutuhkan tempat berpikir untuk menemukan sebuah ide yang segar. Biasanya dalam kondisi tsb saya melakukan perjalanan seorang diri. Dan siang itu saya memutuskan untuk mencari inspirasi di kantin salman itb, sambil menyantap sarapan siang sederhana: nasi secukupnya, telor, sayur dan tempe plus segelas susu=D kemudian saya bergegas melihat sekeliling mencari meja yang masih luang.

Saya pun duduk di meja yang terletak di posisi sebelah selatan kantin, dekat dengan udara. Setelah menikmati makan siang, sambil menikmati susu dingin lengkap dengan angin sepoi-sepoi, saya pun mulai mempersiapkan sebuah pulpen dan sebuah notes bersampul biru untuk menulis.Dan baru saja, saya mau mulai menulis, datanglah beliau.

Karena saya mencurahkan fokus pada lembar kertas di hadapan saya, saya tidak menoleh sedikit pun ke arah kanan sumber pergerakan baru tsb.Tapi jelas cukup mengganggu.. karena ia menggeser-geser kursi kosong di sebelah saya, dan tampak mondar-mandir antara meja tempat saya berada dan meja di belakang.
Sepertinya beliau sedang bingung memutuskan duduk dimana. Tanpa sedikit pun menoleh, lintasan pikiran buruk di kepala saya sejenak bergumam, "orang yang aneh..".. Akhirnya, ia memutuskan duduk jenak satu kursi di sebelah saya, dan meletakkan tasnya persis di sebelah tempat duduk saya. Ia pun mulai makan.

Saya pun menarik napas lega karena "gangguan kecil" telah reda.
Namun, beberapa detik kemudian ia kembali beraktivitas dan kali ini membuat saya menolehkan pandangan saya: "kang...", kata dia. Saya pun menoleh, dan ia kembali melanjutkan, "punten kang, boleh nitip tas saya sebentar?". refleks saya pun langsung merespon dengan anggukan dan senyuman kecil=D Dan ia pun pergi.. entah kemana.

Dalam hati saya berpikir, "kenapa ia mempercayakan tasnya kepada saya, seorang yang tak dikenal? apakah ia tidak takut kalau tasnya saya bawa kabur? padahal kasus semacam ini kan sedang marak terjadi.. terutama di tempat-tempat ramai publik". Dan ia pun kini telah kembali, "makasi kang..=D".
Saya pun tersenyum. Alhamdulillah.. trnyata impresi awal orang thd saya masih masuk dalam kategori orang baik=b haha.. amin.

Namun, tiba-tiba gagasan lain pun muncul.. Bagaimana kalau amanah menjaga tas ini kita jadikan sebagai perumpamaan ke dalam konteks mempercayakan amanah kepada seorang pemimpin negara? apakah kita bisa memutuskan untuk memberikan kepercayaan terhadap seorang yang tidak kita kenal berdasarkan impresi pertama? ah.. mungkin saja. Terkadang, manusia-manusia yang berhati mulia memiliki pancaran wajah yang sejuk menyejukkan.. mulai dari pandangan pertama. Terutama ketika satu dengan yang lainnya tampak serupa tapi sama.. semoga sama-sama dalam kebaikan. amin. Nah, sekarang mulailah kita melakukan pencarian cahaya pada ketiga pasangan capres-cawapres kita. Adakah yang memancarkan cahaya amanah? wallhua'lam.

"Allah (pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendak, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS.An-Nuur: 35)

"Sebuah Telpon yang Tidak Biasa.."

Kemarin shubuh, saya dikejutkan dengan sebuah telpon yang tidak biasa..
HP saya berdering.. Saya melihat sebuah nomor yang tidak dikenal tampil di layar HP saya.Nomor jakarta..

Suara orang diseberang sana terdengar agak serak-serak basah..
"Halo.. apa betul ini dengan mas reza?".
Saya yang masih agak kurang connect (karena baru saja terjaga) menjawab, "Ya, betul.. ini reza.. maaf ini dengan siapa Pak?".
Suara tsb menjawab, "Ini dengan X (saya samarkan demi kesantunan), aspri RI-1".
Dalam hati saya bergumam, "ngaco aja nih orang..", akhirnya saya berkata, "Pak, anda jangan main-main!"
Bapak tsb melanjutkan, "Saya serius, saya X, aspri RI-1. Bapak presiden menginstruksikan saya menghubungi mas reza untuk menyampaikan bahwa beliau ingin bertemu empat mata dengan mas!"
Karena merasa sedang dipermainkan, saya pun semakin jengkel, "Pak, anda ini apa tidak ada kerjaan lain? Pagi-pagi begini nelpon ngerjain orang.. model penipuan semacam ini sudah marak, pak!", kata saya sekenanya dan hp pun saya tutup.
Hp saya kembali berdering. Satu kali.. dua kali.. saya biarkan sampai mati sendiri. Tapi entah kenapa ia ternyata masih ngotot, mengganggu sekali. Akhirnya terpaksa saya angkat kembali untuk menyudahi pembicaraan. Namun, sebelum saya sempat berkata.. Bapak tsb sudah nyeletuk, "Saya tidak menipu mas! Anda mau menolak instruksi bapak Presiden?”.
Sayup-sayup pada suara backsound penelpon tsb saya mendengar seorang bertanya, “Bagaimana x, apa ada kendala?”. Kemudian sang penelpon menjawab, “Siap pak, ijin bicara. Mas Reza tidak percaya bila saya Aspri bapak!”. Org tsb pun merespon, “Baik, biar saya yang bicara..”.
“Halo, Assalamua’laikum mas reza..”, suara ini nampaknya akrab di telinga saya. “Mas reza?”, wah ini betul-betul suara RI-1! Saya yakin sekali.. Namun, kepala saya tiba-tiba pusing sambil terus berpikir, “waduh, ada apa ini sampai RI-1 menelpon seorang rakyat jelata.. Apa mungkin karena tulisan saya di blog atau di facebook ada yang kurang etis?”.
R : “Waalaikum salam pak..” .
RI-1: “Mas Reza, saya Y, Presiden RI.. Bila Anda tidak keberatan, saya ingin bertemu empat mata dengan saudara besok pagi..”
R: “Wah, bukannya saya menolak untuk menjadi warga negara yang baik pak. Tapi, mohon maaf besok pagi saya sudah ada jadwal mengisi pelatihan mahasiswa.. Dan bagi saya, janji adalah janji.. jadi harus ditepati”
RI-1: “mm.. baik bagaimana kalau lusa sekitar jam8 pagi?”
R: “sebentar pak, saya lihat jadwal dulu.. mm.. jadwal saya minggu ini di pagi hari cukup padat pak. Kunjungan ke panti jompo, diskusi pendidikan, mengisi di rumah belajar, les bahasa inggris.. Bagaimana kalau via telpon saja pak? Line ini saya pikir cukup aman.”
RI-1: “Sebenarnya agak sulit kalau via telpon. Tapi baiklah.. karena ini sangat mendesak, jadi harus segera saya sampaikan.” “Begini.. Saya ingin mengetahui pandangan saudara mengenai kualitas kepemimpinan saya?”
R: “Kalau menurut saya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pak!”
RI-1: “Perlu bagaimana maksud mas reza?Bisa tolong dijelaskan lebih lanjut?”
R : “Menurut saya, saat ini.. mohon maaf sebelumnya bila saya berbicara apa adanya pak.. menurut saya, rakyat Indonesia butuh pemimpin yang benar-benar tulus dan memiliki visi yang nyata & terjamin!”
RI-1: “baik, saya mendengarkan.. lanjutkan!”
R : “wah, kampanye terselubung ke saya nih pak!”
RI-1: “Ya, maaf! Bukan begitu maksud saya.. Lanjutkan mas!”
R: “ada 3 hal yang ingin saya sampaikan pak.. Yang pertama, visi Bapak itu masih terlalu mengawang-awang.. absurd dan sulit dipahami. Bagaimana kalau hal-hal prioritas dalam kepemimpinan bapak dibuat menjadi poin per poin sehingga dapat diskusikan lebih lanjut? Setidaknya, buatlah kami para mahasiswa bisa lebih mudah memahami arah kepemimpinan Bapak! ”
“kemudian yang kedua, andai bapak terpilih berjanjilah untuk hidup sederhana dimulai sejak hari awal bekerja. Ciptakan keteladanan yang dimulai dari Istana, perlahan ke kantor wapres dan para menteri kabinet. Kurangi anggaran rumah tangga istana yang berlebihan.. termasuk, tidak membeli mobil dinas RI-1 baru, Infakkan 50% gaji bapak ke lembaga pengelola infak untuk dikelola secara profesional, memotong tunjangan yang tidak perlu, dan lain sebagainya.. Bapak tentunya lebih tahu daripada saya. Buatlah rakyat mencintai bapak, dengan mulai benar-benar mencintai rakyat bapak sendiri..”
Dan yang ketiga, tepatilah janji dan peliharalah rasa malu, pak! Laksanakan janji-janji yang Bapak sampaikan kepada rakyat semasa kampanye dengan sebaik-baiknya.. . kontrak politik dengan masyarakat terkait poin-poin strategis yang menurut Bapak menjadi prioritas periode kepemimpinan Bapak mungkin bisa menjadi pengingat yang baik bila suatu kali Bapak terlupa.. Ingat Pak, setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya di akhirat kelak! Berdoalah pak..

Mohon sama Allah, sekiranya amanah kekuasaan yang diberikan bisa membuat Bapak dan Bangsa Indonesia menjadi lebih baik, maka dekatkan.. Namun, bila ternyata amanah kekuasaan justru membuat Bapak dan Bangsa Indonesia menjadi lebih buruk, maka jauhkan.. Allah yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Tuluskan niat pak! Demikian Pak, pandangan saya..”
RI-1: O begitu ya?Baik, masukan saudara saya tampung.
R : wah jangan ditampung pak.. mudah-mudahan bisa segera dilaksanakan!

Krriiiiiing….. weker saya tiba-tiba berbunyi! Saya mengucek mata.. Pukul 4 pagi! Ah, ternyata cuma mimpi=b Mimpi kali ye…!

Quote of The Day :

"Mantapkanlah diri untuk mengakui kealfaan diri saat kritikan tajam datang menyapa.. terasa berat,namun sesungguhnya meringankan!"

Label Cloud


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips