Friday, July 31, 2009

"Usia Bumi Tinggal 60 tahun Lagi!"


Sekedar berbagi berita=D Kemarin, hari jumat (24/7) saya iseng-iseng membaca koran media indonesia. Ada beberapa info yang menurut saya cukup menarik untuk kita renungkan.

Berita yang pertama, terkait dengan "usia bumi". Deputi Kementerian Lingkungan Hidup Bid.Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Henry Bastaman menyampaikan bahwa 60 tahun lagi bumi dan kehidupannya akan punah! Beliau menambahkan, "Sebelum punah, pada 2020, suhu bumi akan naik 4 derajat celcius. Akibatnya, permukaan laut naik, banyak badai, banyak penyakit baru akan muncul. Akhirnya akan menyerupai kehidupan di Planet Mars. Itu semua akibat perbuatan manusia, bukan alam semesta." Pernyataan beliau ini mengacu pada laporan penelitian 2500 ilmuwan Intergovermental Panel of Climate Change 2007, sebuah lembaga di bawah PBB.

Mencermati pernyataan beliau yang terakhir, "Itu semua akibat perbuatan manusia, bukan alam semesta", tersirat bahwa kenaikan suhu iklim global dipengaruhi oleh perbuatan manusia di berbagai aspek. Baik yang berdampak langsung terhadap lingkungan, maupun yang turut berkontribusi secara tidak langsung.

Secara langsung berarti perilaku yang berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang tidak ramah lingkungan; pendirian bangunan sesuka hati, pembuangan limbah pabrik tanpa sistem pengendalian yang baik, penggunaan kendaraan bermotor berlebihan, dsb . Sedangkan yang secara tidak langsung, berkaitan dengan perilaku yang minim moral. Termasuk di dalamnya kerusakan moral para pemimpin atau para pemegang amanah di berbagai sektor (baik yang bergerak di area lingkungan, maupun tidak). Bahkan, menurut saya, faktor yang disebut terakhir merupakan ancaman yang lebih berbahaya bagi keselamatan bumi a.ka. pemanasan global!

Misalnya, ketika masyarakat membaca berita kedua berikut ini: "Rumah Dinas Wagub Diminta di Menteng". Berita ini mengabarkan bahwa saat ini sedang diajukan anggaran untuk membeli rumah dinas baru bagi Wagub DKI, Prijanto. Disebutkan bahwa dalam usulan APBD-P 2009 Pemprov DKI, dialokasikan anggaran senilai 28 miliar rupiah untuk membeli rumah di Jl.Teuku Umar 47, Menteng, Jakpus bagi Wagub. Padahal, menurut salah seorang anggota DPRD DKI Jakarta, rumah dinas lama Wagub yang sekarang di Jl. Denpasar, Mega Kuningan, Jaksel dinilai masih cukup bagus dan tidak kalah elite!

Nah,berita-berita semacam ini saya pikir berkontribusi besar terhadap pemanasan iklim global! Mengapa? karena masyarakat banyak kemungkinan besar akan ngedumel (baca: mengeluh) melihat para pemimpinnya jauh dari pola hidup sederhana. Akibatnya, kalor (energi panas) yang diciptakan dari dumelan tersebut akan menguap ke udara dan berkumpul di atmosfer dan meningkatkan suhu bumi!

Apalagi ditambah berita semisal, "mewahnya mobil dinas untuk kepala dinas, walikota dan pejabat setingkat lainnya". Salah seorang Anggota komisi C DPRD DKI, Tatang Rusfandi juga menyampaikan bahwa saat ini dewan juga sedang mempertanyakan alokasi anggaran sebesar Rp 14.495.695.000 untuk pembelian 42 mobil dinas eselon II (Rp 345.135.595 per unit).

Kalau eselon II saja sudah senilai ini, bagaimana eselon I dan terus ke atas? Semakin banyaklah kalor yang menguap ke angkasa. Apalagi mengingat, kejadian serupa berpotensi besar terjadi di lebih dari 33 propinsi yang tersebar di seluruh Indonesia.Tentu, akumulasi kalor yang muncul dari kegemasan sebagian besar rakyat Indonesia akan memperparah kondisi iklim global. Tapi ingat.. ini belum termasuk akumulasi kalor para politisi dan warga terkait suhu politik yang kian memanas!=b Dengan demikian, jelaslah sudah, mengapa Jakarta kian hari kian panas..

"Membayangkan Generasi Tua Kita.."

Tadi siang ketika sedang melaju di atas motor, di bawah terik matahari siang kota depok,
melintas seorang nenek dan cucu laki-lakinya. Sambil memperlahan laju kendaraan, sekilas saya menatap wajah sang nenek yang renta tampak khawatir melihat cucunya menyeberang mendahuluinya. Sementara sang cucu, asyik berjalan di depan tanpa menoleh sedikit pun ke arah sang nenek yang berjalan lebih lamban, tampak agak terseok di belakangnya.

Melihat fenomena tersebut, entah kenapa, tiba-tiba terlintas di benak saya seperti apa kelak generasi kita, termasuk saya (bila Allah memberikan usia yang panjang) menjalani masa-masa tua kita? Apakah akan tetap ada seorang nenek atau kakek yang masih memiliki kesempatan untuk mengkhawatirkan cucunya?atau jangan-jangan tanpa kita sadari, kita sudah mulai menjalani proses menjadi seorang cucu yang (akan) tumbuh menjadi seseorang yang sama sekali menghiraukan orang yang lebih tua.

Kekhawatiran saya beralasan. Utamanya karena pola pendidikan anak yang kini semakin menekankan kepada kemandirian anak dan pelimpahan “wewenang” pengasuhan anak kepada orang-orang di luar keluarga inti. Entah hal ini terjadi by design atau by accident, yang jelas kini orang-orang tua terlalu sibuk terhadap diri mereka sendiri. Terutama, pada keluarga-keluarga dengan tingkat ekonomi yang memadai. Akibatnya, kini terjadi degradasi (baca: penurunan) kualitas hubungan orang tua terhadap anak.

Kalau kita coba membayangkan kembali masa kecil kita (generasi yang lahir antara awal 80an hingga awal 90)dengan masa kecil generasi sekarang adakah hal-hal yang dulu (kita rasakan) menjadi poin-poin penting dalam pengasuhan orang tua kita terhadap kita, tapi saat ini sudah mulai berkurang atau bahkan hilang sama sekali? Apalagi bila kita membandingkannya dengan masa kecil generasi orang tua kita. Tentu kita akan menemukan lebih banyak lagi nilai yang hilang dalam pola asuh orang tua terhadap anak.

Sebagai contoh, terkait dengan pendampingan belajar. Dulu, saya masih ingat ketika saya SD, ibu saya sering mendampingi saya di malam hari selepas maghrib, untuk membahas PR-PR sekolah yang saya peroleh di hari tersebut. Namun, seiring dengan waktu, (ketika SMP) ibu saya mulai bekerja di kantor sehingga hampir tidak pernah beliau mendampingi saya untuk belajar lagi. Dewasa ini,(bagi anak-anak generasi kini) bahkan sudah lebih parah lagi.. Lembaga bimbingan belajar kini menjamur di mana-mana. Menjadi semacam tempat-tempat penitipan anak modern. Jadi, semakin terbukalah kesempatan “pelimpahan wewenang” dari orang tua ke guru-guru bimbingan belajar.

Saya tidak ingin mempersalahkan kemajuan zaman dan teknologi. Namun,adakah sebuah cara untuk mengembalikan kesadaran kita untuk “kembali ke jalan yang benar”? Saya khawatir, bila kondisi ini terus dibiarkan di usia tua kita nanti (mungkin) akan semakin banyak panti-panti jompo yang menampung kakek & nenek seusia kita. Menampung orang-orang yang terlupakan, karena kita kini pun melupakan.
Bukankah apa yang kita tanam hari ini akan kita tuai di hari nanti?Menanam padi, menuai padi.. Menanam jagung, menuai jagung.. Jadi, apa yang kita tanam hari ini kawan?=D Mungkin ada di antara kawan yang berkenan untuk berbagi? Lebih khusus terhadap kawan-kawan yang kini telah mulai memasuki fase baru dalam hidupnya: membina sebuah keluarga, sekolah peradaban yang sesungguhnya=D


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" QS.17:23

"Azas Kepatutan.."

Dua hari ini, saya mengalami serangkaian peristiwa yang beberapa di antaranya mengajak saya untuk merenungi sebuah hikmah yang berkaitan dengan "Azas Kepatutan". Demikian sebuah frase yang saya dapat dari bapak saya. Peristiwa terakhir terjadi beberapa saat sebelum pesawat yang kami tumpangi tadi pagi lepas landas dari medan menuju jakarta.

Saat itu, para penumpang satu per satu mulai memasuki kabin pesawat dan mengisi kursi masing-masing sesuai dengan nomor kursi yang tertera pada tike. Selang beberapa waktu kemudian, sebagian besar penumpang telah menempati kursinya masing-masing. Menyisakan beberapa kursi kosong yang belum terisi. Hingga datanglah, seorang ibu muda yang sedang menggendong anak bayinya yang masih sangat kecil.Tempat duduk beliau berselang dua baris kursi di depan tempat duduk kami (saya dan bapak).

Tiap baris terdiri dari 3 buah kursi.Ujung kursi yang satu berada di dekat jalur masuk penumpang, satu kursi di tengah, sementara ujung lainnya merapat ke jendela pesawat.Sang ibu mendapatkan kursi di tengah.Sedangkan suaminya,(mungkin karena situasi bandara Polonia ketika itu sedang sangat ramai) ternyata hanya berhasil mendapatkan kursi yang terpisah satu baris di belakang sang istri.

Karena satu dan lain hal yang kurang saya ketahui, sang istri bersama bayi di dalam dekapannya telah tiba lebih dahulu sebelum sang suami. Saat itulah terjadi perbincangan antara ibu tsb dengan seorang bapak paruh baya yang duduk di kursi, tepat di sebelah kursi beliau.

Sang Ibu: "Maaf pak, apa boleh bila saya duduk di pinggir?jadi bapak pindah ke kursi saya yang berada di tengah.Karena saya khawatir, di tengah perjalanan nanti saya akan keluar masuk karena anak saya mungkin butuh ke kamar mandi.Sedangkan suami saya duduk di belakang.. Jadi mungkin agak repot.." (alasan ini menurut saya cukup logis untuk dipahami mengingat jarak antara baris kursi yang satu dengan baris di depannya cukup sempit)

Sang Bapak: "Waduh.. bagaimana ya?Saya ini sudah tiga kali pindah kursi bolak-balik.. Ibu di tengah saja lah ya.."
(beberapa penumpang tampak memperhatikan percakapan tersebut,termasuk saya dan ayah)

Sang Ibu: "Apa benar-benar tidak bisa pak?"
Sang Bapak: "....." (tidak ada komentar).
Seorang perempuan muda yang duduk persis satu kursi di belakang sang bapak,dan memiliki kursi yang juga persis di posisi luar pun tidak ada reaksi.Hanya terdiam.

Tampaknya, bapak saya yang duduk di samping saya cukup terganggu dengan sikap bapak tsb. Dan bersikeras untuk membantu ibu tsb, padahal tidak seorang pun di antara kami yang duduk di kursi pinggir dekat dengan jalur penumpang.Akhirnya beliau meminta kesediaan seorang remaja perempuan yang duduk di sebelahnya untuk bertukar ke kursi tengah yang beliau duduki,sehingga kursi remaja tsb yang berada di pinggir bisa ditempati oleh ibu tsb. Sedangkan bapak saya akhirnya duduk di kursi awal sang ibu, persis di sebelah bapak tadi.

Beberapa waktu kemudian,datanglah sang suami. Melihat posisi ibu tsb dan sang suami duduk terpisah, sang pramugari mencoba membujuk perempuan muda yang duduk persis di belakang bapak yang tidak mau memberikan kursinya tadi untuk pindah satu baris ke belakang.
"Apa ibu bersedia pindah satu baris ke belakang,bu? sama-sama di pinggir kok.. hanya beda baris.Supaya ibu ini bisa duduk di sebelah bapak (suaminya)", ujar sang pramugari. Alhamdulillah, perempuan tsb bersedia sehingga sang istri, suami dan anak bayi tsb bisa duduk berdampingan.

Beberapa saat setelah mendarat di bandara soekarno hatta, bapak saya pun beceritera pada saya, "Tadi papa iseng tanya sama bapak tadi..'kenapa sih pak, kok ga mau tukar kursi?padahal mudah kan.. tinggal geser satu kursi.. apalagi ibu tadi bawa bayi'?".

"Jawab bapak tsb: 'Anda tahu.. saya ini punya hak.. saya punya hak untuk mendapat privacy!", ujar bapak tsb. Perbincangan antara bapak saya dan bapak tsb tidak dilanjutkan karena penumpang yang duduk di sebelah bapak saya menarik sisi kanan baju bapak saya. Seolah mencoba berkata, "Sudah pak, tidak usah diteruskan..".

Beliau kemudian berkata kepada saya.. "Inilah yang disebut dengan 'Azas Kepatutan'. Sebenarnya, bapak tsb (yang tidak mau memberikan kursinya) memang memiliki hak atas kursi tsb. Namun, tidak patut bila seorang ibu yang membawa bayi meminta kesediaannya untuk bertukar kursi justru bersikukuh untuk tidak bergerak!

Kejadian semacam ini juga sering terjadi di dalam bus way. Ketika seorang laki-laki, yang duduk di depan seorang ibu hamil berpura-pura tidur supaya (dikira) tidak melihat bahwa ibu hamil itu berdiri persis di depan hidungnya.Meskipun para penumpang yang lain, terutama ibu-ibu,memberikan komentar negatif atas perilakunya, ia tetap asyik dengan tidur (pura-pura)nya!".

Tiba-tiba terlintas bayangan sang bapak tsb, yang mengenakan topi haji putih, persis sebelum meninggalkan kabin untuk turun dari pesawat. Ya Allah, mengapa harus dengan topi haji? astaghfirullah... saya mohon ampun.

Semoga bermanfaat sebagai pengingat bagi kita semua.amin

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(QS.Al-Mujaadilah: 11)

"Bapak dan Ibu Capres-Cawapres: Jadilah Anomali!"

Setelah beberapa lama berhenti menulis mengenai hiruk-pikuk politik, akhirnya saat ini saya kembali memutuskan untuk menulis.Bukan dalam kapasitas saya sebagai rakyat yang mendukung salah satu pasangan capres-cawapres, tapi lebih sebagai rakyat yang ingin agar bangsa ini dapat menjadi lebih baik.Tentunya dengan dukungan kawan-kawan, utamanya para bapak dan ibu capres-cawapres. Saya berharap bapak dan ibu serta kawan-kawan sekalian berkenan mempraktekkan perkataan Ali RA yang dikutip pak JK di salah satu baligho kampanyenya: "Dengarkanlah nasehat meskipun dari seorang anak kecil"=D

Bapak dan Ibu capres-cawapres yang terhormat,saya ingin bertanya: (dalam dunia politik) Bolehkah kita memutuskan untuk menjadi anomali (dalam kebaikan)? karena tidak sedikit kawan saya yang memberikan labelling (baca: cap) tertentu bagi dunia politik. Sebagian kawan-kawan bilang, "Politik itu kejam!".. sebagian lagi mengatakan, "di dalam dunia politik tidak ada kawan yang abadi.. satu-satunya kawan yang abadi bagi para politisi adalah kepentingan mereka sendiri".. ceunah (baca: katanya=b).Inilah persepsi yang ada di dalam benak sebagian besar mayarakat terhadap dunia politik dan politisi kita.. yang tumbuh melalui perilaku populer (baca: perilaku yang umum dilakukan) yang ditampilkan oleh (tidak sedikit) politisi bangsa kita. Dan pada akhirnya menguatkan rasa hopeless akan terwujudnya kondisi yang lebih baik di negeri kita.Berdasarkan asumsi sederhana ini, saya pikir cukup untuk mulai mempertimbangkan menjadi seorang pemimpin yang anomali (dalam kebaikan)!

Salah seorang guru saya pernah bilang, bahwa orang-orang terdepan merupakan orang-orang minoritas.. sedikit jumlahnya! Mereka ini adalah orang-orang yang masuk dalam kategori "anomali" di tengah masyarakatnya.Istilah asingnya: "Creative Minority"! Klo berdasarkan referensi psikologi yang pernah saya baca, orang-orang terdepan ini bahkan termasuk ke dalam golongan "orang-orang abnormal secara statistik"!=b ya,karena secara statistik, mereka ga seperti kebanyakan orang..

Terlepas dari keren atau tidak keren,wajar atau tidak wajar.. menurut saya, status "anomali" ini penting banget pak,bu.. karena yang saya pahami, seorang great leader umumnya memiliki sesuatu yang membedakannya dari kebanyakan orang.Menurut saya, "A great leader is a truly distinguish person!"

Sekaranglah waktu yang paling tepat bagi bapak & ibu untuk menjadi seorang "anomali", berani membuat sesuatu yang berbeda (dalam kebaikan). Paparan berita utama di halaman media-media terkemuka tentang politik negeri kita sesekali perlu dihebohkan dengan suatu hal sederhana yang berbeda (karena sudah lama tidak dilakukan) yang ditularkan melalui keteladanan pemimpin.

Misalnya, setelah prosesi penghitungan KPU tentang PILPRES selesai ada baiknya bapak dan ibu kembali berkumpul untuk bertukar gagasan program yang konstruktif bagi perbaikan bangsa ini.Mungkin sekaligus sebagai sarana silaturahim sederhana dalam suasana yang hangat. Meskipun bapak dan ibu adalah 6 orang warga negara terbaik, sebaik-baiknya gagasan yang bapak ibu miliki, tentunya mungkin antara satu sama lain ada yang bisa luput toh?Ada hal baik yang dimiliki kandidat no.1, tidak dimiliki no.2 & 3.. Atau mungkin saja ada yang dimiliki kandidat no.2 tidak dimiliki kandidat no.1 & no.3.. Atau mungkin ada ide menarik yang dimiliki kandidat no.3, tidak dimiliki kandidat no.1 & 2. Jadi saling berbagi hal positif=D Bagaimana pak, bu?

Ide lain yang sempat terpikir oleh saya, adalah dengan membuka kesempatan bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memberikan masukan nyata terhadap program strategis pemerintah 5 tahun ke depan.Buka salurannya, dengan bantuan lembaga terkait, media elektronik (utamanya TV dan Radio) dan mungkin juga mahasiswa.Lihat secara lebih arif, apa hal fundamen yang selama ini menjadi hambatan bagi kita untuk menjadi negara besar.. kemudian dari sana pilih prioritas dan laksanakan dengan sebaik-baiknya. Atau bisa juga dikembangkan melalui program-program strategis yang bapak dan ibu janjikan dalam kampanya.. Para capres-cawapres bem berbagai universitas bahkan sudah melakukannya sejak jauh-jauh hari pak, bu.. menampung aspirasi 'masyarakat kampus' sebelum menentukan proker fix=D

Kemudian, satu harapan sederhana yang seringkali terlintas di benak saya.. tentang budaya hidup sederhana pak,bu.. dapatkah bila salah seorang dari Anda telah resmi menjadi presiden & wakil pres RI periode 2009-2014 memberikan contoh nyata keteladan budaya hidup sederhana? Saya yakin masih banyak pos-pos anggaran-anggaran yang terlalu besar terkait jabatan bapak bisa diefisienkan.. sehingga bisa dialokasikan untuk saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan. Bila bapak dan ibu mau melakukan ini,Insya Allah pak,bu.. semangatnya akan menjalar ke seluruh lapisan masyarakat.. Pundak maupun dada bapak dan ibu pun akan terasa lebih lapang dalam menjalani amanah ke depan=D yakin pak,bu!

Sebagai inspirasi ringan pak,bu.. kita rame-rame nonton bareng film "CHANGE " yuk pak,bu=D Mengisahkan sebuah cerita fiksi tentang seorang yang menjadi perdana menteri jepang dalam usia yang sangat muda.. menurut saya, pesan moralnya penting pak,bu.. Kalo mau nonton sendiri juga boleh=D nanti didiskusikan di rapat kabinet=b hehe.. sekilas infonya bisa dilihat di sini pak,bu: http://reza-fathur.blogspot.com/2008/12/lets-change-indonesia.html

Terakhir pak,bu.. Jangan pernah ragu untuk meminta maaf bila kita memiliki kekeliruan.Baik yang disengaja maupun tidak.. Meskipun saya tahu, terkadang berat kita untu kita lakukan.. Apalagi bila sudah menyangkut "nama baik" (baca: gengsi) kita. Tapi, yakin pak.. bu.. perkataan yang baik, dan pemberian maaf itu begitu berarti bagi diri dan sesama=D

Saya pribadi mohon maaf pak,bu.. kadang2 suka gemes melihat bapak dan ibu.. jadi suka ngomongin yang enggak-enggak di belakang bapak dan ibu=b ya,mungkin karena saya tidak punya cukup ruang untuk menyampaikan pandangan saya secara langsung kepada bapak dan ibu sekalian. Jalan yang bisa saya pilih selain lewat mimpi hanyalah lewa tulisan semacam ini=D maaf ya pak,bu..

Keempat hal yang saya sebutkan sebelumnya adalah gagasan-gagasan sederhana yang masih anomali (untuk ukuran seorang pemimpin bangsa). Namun, sebagian besar justru telah begitu populer di kalangan para penggerak kegiatan kemahasiswaan di kampus-kampus.
Saya yakin, kawan-kawan yang lain pun punya banyak ide-ide konstruktif lainnya.. jadi nanti bisa menambahkan ide lainnya=D

Jadi, maukah bapak dan ibu memutuskan untuk menjadi seorang anomali dalam kebaikan? saya pikir pak,bu.. rakyat kini tengah menanti gebrakan nyata bapak dan ibu sekalian.. sesuatu yang berbeda! maka jangan ragu untuk menjadi "anomali" dalam kebaikan! Inilah sebabnya kini kata "perubahan" menjadi begitu dirindukan di seluruh belahan dunia.. karena perubahan itu dimulai dari sesuatu yang baru, sesuatu yang tampak aneh justru karena belum pernah dilakukan!=D

Monday, June 08, 2009

"The Genuine Master"

Sahabat, pernahkah anda membayangkan dalam benak anda bahwa sesungguhnya bangsa sebesar ini (mungkin) hanya dikendalikan oleh beberapa orang saja. Apakah Anda pernah membaca sebuah literatur yang menyatakan bahwa arah nasib bangsa ini memang berada di tangan sekira 5% dari total penduduk bangsa ini? Dengan asumsi bahwa total penduduk indonesia saat ini mencapai 250 juta jiwa, 5% berarti setara dengan 12,5 juta jiwa. Namun, jumlah tersebut nampaknya masih terlalu banyak bagi saya.. dalam benak saya bahkan jauh lebih kecil. Mungkin masih dalam kisaran hitungan jari.

Mereka ini bukanlah orang-orang yang sering tampil di permukaan, jauh dari hingar bingar media. Namun, mereka inilah sesungguhnya orang-orang yang memiliki kendali penuh terhadap polah orang-orang yang kita kenal sebagai "orang-orang hebat" bangsa ini. Mereka sepi dari sorotan, namun mereka sesungguhnya adalah yang paling signifikan.

Saya teringat sebuah buku yang bertutur tentang gerakan freemansory yang termasyhur kemudian sebagai gerakan zionis. Pada salah satu bagian buku, sang penulis menyebutkan bahwa utusan yang membawa "dokumen super rahasia" dirampok dalam perjalanannya menuju Istana salah seorang bangsawan di Inggris. Dari peristiwa tsb, terpaparlah grand design sejumlah pemimpin gerakan tsb yang jauh menembus ruang dan waktu. Bahkan, beberapa poin di antaranya kini terbukti terwujud. Penguasaan media, realisasi strategi adu domba sebagai pelemahan basis-basis kekuatan dunia, dsb. Para pemimpin tsb hanyalah sekian kecil dari total penduduk dunia kala itu. Namun, pengaruh mereka melingkupi sebagian besar dunia!

Apakah anda pernah membayangkan bahwa hal serupa mungkin terjadi di negeri kita? saya tidak mengatakan bahwa tidak ada resistensi terhadap mereka, namun kekuasaan yang mereka miliki sesungguhnya sangat powerful. Termasuk dalam mengendalikan berbagai skenario drama kehidupan sebagai upaya tarik-ulur dalam mempertahankan hegemoni. Bukan dalam skala partai, namun dalam cakupan yang lebih makro lagi.

Mereka bertemu secara periodik untuk membahas berbagai isu strategis yang berkembang dan menetapkan keputusan-keputusan sebagai arahan strategis operasional bagi operator-operator lapangan kelas satu yang mereka miliki. Termasuk, saya membayangkan, dalam skala kecil terkait dengan berita apa yang perlu diangkat selama kurun waktu tertentu. Untuk menjalankan peran ini, tentu kompetensi personal mereka tidak diragukan lagi.. sehingga jarak antara visi & mimpi tidak beranjak jauh dengan implementasi & realisasi..

Menariknya, seorang petinggi KPK yang kebetulan mengisi sebuah seminar bersama saya beberapa waktu lalu, memberikan justifikasi terhadap pandangan saya. Beliau menyebut orang-orang tsb dengan istilah "The Mind Master". Bahkan, beliau kini sudah selangkah lebih maju dari saya yang baru sampai pada level "menyadari" fenomena. Beliau telah sampai pada level "berbuat"!

Saat ini beliau sedang mewujudkan mimpi untuk membuat sebuah sekolah khusus yang mendidik anak-anak berkemampuan luar biasa di dalam sebuah tempat di jawa barat. Anak-anak ini, biasa kita kenal dengan sebutan "Anak Indigo". Saking yakinnya, beliau bahkan menyisihkan sebagian besar penghasilan yang ia terima sedikit demi sedikit untuk membangun pusat pengembangan diri khusus tersebut. Beliau menambahkan kepada saya bahwa berdasarkan penelitian, selama kurun waktu beberapa waktu ke depan jumlah kelahiran anak-anak indigo akan mengalami peningkatan. "Saya yakin bahwa mereka ini seharusnya dididik untuk bukan sekedar menjadi juara-juara lomba matematika atau fisika, tetapi juga dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan!", papar beliau. Ucapan beliau ini membuat saya teringat dengan figur super heroes semisal dalam film X-Men.

Ah, saya mungkin tidak sepenuhnya paham perihal rencananya dengan anak-anak indigo tsb. Namun, concern saya lebih kepada bagaimana mengembangkan orang-orang yang akan menjadi "The Genuine Mind Master" tandingan bagi "The Bad Mind Master" yang saya yakini kini bercokol di negeri kita. Mungkin beberapa lembaga semisal Nurul Fikri dan Republika telah memulainya. Namun, saya pikir perlu upaya yang lebih terintegrasi, lebih sistematis, lebih strategis dan lebih komprehensif untuk mewujudkan "The Genuine Mind Master" sebagai sebuah solusi bagi negeri. Mungkin saya sepakat dengan singkatan SOLUSI yang diberikan oleh petinggi KPK tsb: Stratejik Operasional Luwes Sistematis Integrasi!. Saya yakin ini nyata, bukan sekedar khayalan belaka.Bagaimana menurut Anda, sahabat? Wallahua'lam

"Cahaya di Atas Cahaya"

Seorang kawan pada beberapa kesempatan mengatakan kepada saya bahwa apa pun, siapa pun bisa menjadi guru bagi diri selama kita telah siap memposisikan diri sebagai murid . Saya sangat sepakat akan hal ini, meskipun tidak pada titik yang terlampau liberal (baca: ekstrem). Kita memang bisa belajar dimana pun, kapan pun, dan dari apa & siapa pun.


Namun, dalam opini saya, tetap bahwa manusia yang ingin belajar, praktis membutuhkan seorang guru yang mampu membantu kita untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan berpikir baru untuk mengembangkan apa yang sudah kita ketahui, minimal sebagai kawan diskusi yang baik. Singkat kata, manusia pembelajar tidak bisa (dan tidak akan mampu) belajar seorang diri.
Karena saya kini meyakini bahwa a greatman must always be a great learner, a great teacher, as well as a great disciple ; seorang yang mampu melakukan pencapaian hidup yang tinggi tentulah seorang pembelajar sejati yang juga merupakan guru yang baik sekaligus murid yang baik .
Ini pandangan saya, pandangan anda tentu saja boleh berbeda.

Tetapi sesungguhnya bukan perdebatan seputar itu yang ingin saya share dalam tulisan ini. Saya ingin berbagi sebuah pengalaman sederhana yang mengundang saya untuk mencoba memaknainya lebih banyak.Mungkin kawan-kawan sekalian bisa menemukan hal lain di dalamnya.

Kisah sederhana ini diawali dengan kebiasaan yang saya lakukan di saat saya sedang membutuhkan inspirasi. Di kala saya membutuhkan tempat berpikir untuk menemukan sebuah ide yang segar. Biasanya dalam kondisi tsb saya melakukan perjalanan seorang diri. Dan siang itu saya memutuskan untuk mencari inspirasi di kantin salman itb, sambil menyantap sarapan siang sederhana: nasi secukupnya, telor, sayur dan tempe plus segelas susu=D kemudian saya bergegas melihat sekeliling mencari meja yang masih luang.

Saya pun duduk di meja yang terletak di posisi sebelah selatan kantin, dekat dengan udara. Setelah menikmati makan siang, sambil menikmati susu dingin lengkap dengan angin sepoi-sepoi, saya pun mulai mempersiapkan sebuah pulpen dan sebuah notes bersampul biru untuk menulis.Dan baru saja, saya mau mulai menulis, datanglah beliau.

Karena saya mencurahkan fokus pada lembar kertas di hadapan saya, saya tidak menoleh sedikit pun ke arah kanan sumber pergerakan baru tsb.Tapi jelas cukup mengganggu.. karena ia menggeser-geser kursi kosong di sebelah saya, dan tampak mondar-mandir antara meja tempat saya berada dan meja di belakang.
Sepertinya beliau sedang bingung memutuskan duduk dimana. Tanpa sedikit pun menoleh, lintasan pikiran buruk di kepala saya sejenak bergumam, "orang yang aneh..".. Akhirnya, ia memutuskan duduk jenak satu kursi di sebelah saya, dan meletakkan tasnya persis di sebelah tempat duduk saya. Ia pun mulai makan.

Saya pun menarik napas lega karena "gangguan kecil" telah reda.
Namun, beberapa detik kemudian ia kembali beraktivitas dan kali ini membuat saya menolehkan pandangan saya: "kang...", kata dia. Saya pun menoleh, dan ia kembali melanjutkan, "punten kang, boleh nitip tas saya sebentar?". refleks saya pun langsung merespon dengan anggukan dan senyuman kecil=D Dan ia pun pergi.. entah kemana.

Dalam hati saya berpikir, "kenapa ia mempercayakan tasnya kepada saya, seorang yang tak dikenal? apakah ia tidak takut kalau tasnya saya bawa kabur? padahal kasus semacam ini kan sedang marak terjadi.. terutama di tempat-tempat ramai publik". Dan ia pun kini telah kembali, "makasi kang..=D".
Saya pun tersenyum. Alhamdulillah.. trnyata impresi awal orang thd saya masih masuk dalam kategori orang baik=b haha.. amin.

Namun, tiba-tiba gagasan lain pun muncul.. Bagaimana kalau amanah menjaga tas ini kita jadikan sebagai perumpamaan ke dalam konteks mempercayakan amanah kepada seorang pemimpin negara? apakah kita bisa memutuskan untuk memberikan kepercayaan terhadap seorang yang tidak kita kenal berdasarkan impresi pertama? ah.. mungkin saja. Terkadang, manusia-manusia yang berhati mulia memiliki pancaran wajah yang sejuk menyejukkan.. mulai dari pandangan pertama. Terutama ketika satu dengan yang lainnya tampak serupa tapi sama.. semoga sama-sama dalam kebaikan. amin. Nah, sekarang mulailah kita melakukan pencarian cahaya pada ketiga pasangan capres-cawapres kita. Adakah yang memancarkan cahaya amanah? wallhua'lam.

"Allah (pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendak, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS.An-Nuur: 35)

"Sebuah Telpon yang Tidak Biasa.."

Kemarin shubuh, saya dikejutkan dengan sebuah telpon yang tidak biasa..
HP saya berdering.. Saya melihat sebuah nomor yang tidak dikenal tampil di layar HP saya.Nomor jakarta..

Suara orang diseberang sana terdengar agak serak-serak basah..
"Halo.. apa betul ini dengan mas reza?".
Saya yang masih agak kurang connect (karena baru saja terjaga) menjawab, "Ya, betul.. ini reza.. maaf ini dengan siapa Pak?".
Suara tsb menjawab, "Ini dengan X (saya samarkan demi kesantunan), aspri RI-1".
Dalam hati saya bergumam, "ngaco aja nih orang..", akhirnya saya berkata, "Pak, anda jangan main-main!"
Bapak tsb melanjutkan, "Saya serius, saya X, aspri RI-1. Bapak presiden menginstruksikan saya menghubungi mas reza untuk menyampaikan bahwa beliau ingin bertemu empat mata dengan mas!"
Karena merasa sedang dipermainkan, saya pun semakin jengkel, "Pak, anda ini apa tidak ada kerjaan lain? Pagi-pagi begini nelpon ngerjain orang.. model penipuan semacam ini sudah marak, pak!", kata saya sekenanya dan hp pun saya tutup.
Hp saya kembali berdering. Satu kali.. dua kali.. saya biarkan sampai mati sendiri. Tapi entah kenapa ia ternyata masih ngotot, mengganggu sekali. Akhirnya terpaksa saya angkat kembali untuk menyudahi pembicaraan. Namun, sebelum saya sempat berkata.. Bapak tsb sudah nyeletuk, "Saya tidak menipu mas! Anda mau menolak instruksi bapak Presiden?”.
Sayup-sayup pada suara backsound penelpon tsb saya mendengar seorang bertanya, “Bagaimana x, apa ada kendala?”. Kemudian sang penelpon menjawab, “Siap pak, ijin bicara. Mas Reza tidak percaya bila saya Aspri bapak!”. Org tsb pun merespon, “Baik, biar saya yang bicara..”.
“Halo, Assalamua’laikum mas reza..”, suara ini nampaknya akrab di telinga saya. “Mas reza?”, wah ini betul-betul suara RI-1! Saya yakin sekali.. Namun, kepala saya tiba-tiba pusing sambil terus berpikir, “waduh, ada apa ini sampai RI-1 menelpon seorang rakyat jelata.. Apa mungkin karena tulisan saya di blog atau di facebook ada yang kurang etis?”.
R : “Waalaikum salam pak..” .
RI-1: “Mas Reza, saya Y, Presiden RI.. Bila Anda tidak keberatan, saya ingin bertemu empat mata dengan saudara besok pagi..”
R: “Wah, bukannya saya menolak untuk menjadi warga negara yang baik pak. Tapi, mohon maaf besok pagi saya sudah ada jadwal mengisi pelatihan mahasiswa.. Dan bagi saya, janji adalah janji.. jadi harus ditepati”
RI-1: “mm.. baik bagaimana kalau lusa sekitar jam8 pagi?”
R: “sebentar pak, saya lihat jadwal dulu.. mm.. jadwal saya minggu ini di pagi hari cukup padat pak. Kunjungan ke panti jompo, diskusi pendidikan, mengisi di rumah belajar, les bahasa inggris.. Bagaimana kalau via telpon saja pak? Line ini saya pikir cukup aman.”
RI-1: “Sebenarnya agak sulit kalau via telpon. Tapi baiklah.. karena ini sangat mendesak, jadi harus segera saya sampaikan.” “Begini.. Saya ingin mengetahui pandangan saudara mengenai kualitas kepemimpinan saya?”
R: “Kalau menurut saya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pak!”
RI-1: “Perlu bagaimana maksud mas reza?Bisa tolong dijelaskan lebih lanjut?”
R : “Menurut saya, saat ini.. mohon maaf sebelumnya bila saya berbicara apa adanya pak.. menurut saya, rakyat Indonesia butuh pemimpin yang benar-benar tulus dan memiliki visi yang nyata & terjamin!”
RI-1: “baik, saya mendengarkan.. lanjutkan!”
R : “wah, kampanye terselubung ke saya nih pak!”
RI-1: “Ya, maaf! Bukan begitu maksud saya.. Lanjutkan mas!”
R: “ada 3 hal yang ingin saya sampaikan pak.. Yang pertama, visi Bapak itu masih terlalu mengawang-awang.. absurd dan sulit dipahami. Bagaimana kalau hal-hal prioritas dalam kepemimpinan bapak dibuat menjadi poin per poin sehingga dapat diskusikan lebih lanjut? Setidaknya, buatlah kami para mahasiswa bisa lebih mudah memahami arah kepemimpinan Bapak! ”
“kemudian yang kedua, andai bapak terpilih berjanjilah untuk hidup sederhana dimulai sejak hari awal bekerja. Ciptakan keteladanan yang dimulai dari Istana, perlahan ke kantor wapres dan para menteri kabinet. Kurangi anggaran rumah tangga istana yang berlebihan.. termasuk, tidak membeli mobil dinas RI-1 baru, Infakkan 50% gaji bapak ke lembaga pengelola infak untuk dikelola secara profesional, memotong tunjangan yang tidak perlu, dan lain sebagainya.. Bapak tentunya lebih tahu daripada saya. Buatlah rakyat mencintai bapak, dengan mulai benar-benar mencintai rakyat bapak sendiri..”
Dan yang ketiga, tepatilah janji dan peliharalah rasa malu, pak! Laksanakan janji-janji yang Bapak sampaikan kepada rakyat semasa kampanye dengan sebaik-baiknya.. . kontrak politik dengan masyarakat terkait poin-poin strategis yang menurut Bapak menjadi prioritas periode kepemimpinan Bapak mungkin bisa menjadi pengingat yang baik bila suatu kali Bapak terlupa.. Ingat Pak, setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya di akhirat kelak! Berdoalah pak..

Mohon sama Allah, sekiranya amanah kekuasaan yang diberikan bisa membuat Bapak dan Bangsa Indonesia menjadi lebih baik, maka dekatkan.. Namun, bila ternyata amanah kekuasaan justru membuat Bapak dan Bangsa Indonesia menjadi lebih buruk, maka jauhkan.. Allah yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Tuluskan niat pak! Demikian Pak, pandangan saya..”
RI-1: O begitu ya?Baik, masukan saudara saya tampung.
R : wah jangan ditampung pak.. mudah-mudahan bisa segera dilaksanakan!

Krriiiiiing….. weker saya tiba-tiba berbunyi! Saya mengucek mata.. Pukul 4 pagi! Ah, ternyata cuma mimpi=b Mimpi kali ye…!

Wednesday, May 06, 2009

"Sebuah Pengingat Bagi Para Pengamat Politik"

Jujur.Saya sebenarnya enggan tertawa dalam mengamati berbagai hasil analisa capres-cawapres yang ditampilkan di TV akhir-akhir ini. Apalagi, boleh dikatakan bahwa saya termasuk orang yang senantiasa menantikan ide-ide segar dari kacamata para pengamat politik (baca: political analyst) sebagai 'second opinion' yang mampu memberikan sebuah 'penyegaran' terhadap fenomena politik yang sedang hangat di republik ini. Hasil analisa tsb menjadi menarik ketika disampaikan dengan gagasan sederhana yang realistis mencerahkan, dan mampu mengundang para pembaca untuk larut 'menerka-nerka' kemana sebenarnya alur pikir sang pengamat kan membawa kita.

Namun, apa boleh buat.. ketika akhir-akhir ini analisa-analisa tersebut menjadi terlalu mudah ditebak. Dorongan saya untuk tertawa kini menjadi kian menguat! Sebagian terlalu mudah ditebak dalam hal keberpihakannya pada salah satu calon. Sementara sebagian yang lain, entah karena kehabisan gagasan atau apa, mulai mengeluarkan analisa-analisa yang sebenarnya sudah tidak up-to-date (baca: kurang layak diterbitkan).Apakah sekedar upaya mempertahankan eksistensi? Hilang sudah minat saya.

Lihat saja misalnya hasil analisa yang dirilis oleh FISIP UI mengenai popularitas capres baru-baru ini. Dikabarkan bahwa popularitas Prabowo menngejar SBY. Menurut saya, untuk sebuah institusi yang cukup kompeten, topik ini kurang 'mencerdaskan'. Mengapa?Sederhana saja: Prabowo sudah tidak mungkin menjadi capres. Mau memakai berbagai struktur & gaya pembahasaan apa pun,tetap saja sangat tidak memungkinkan.Perolehan suara Gerindra (plus katakanlah, dukungan partai-partai kecil yang dikantongi) masih sangat jauh di bawah ambang batas 20%. Inilah yg disebut 'kurang mencerdaskan'. Isu yang sebenarnya tidak perlu dibahas lagi kok dibahas.

Contoh lain misalnya sorotan mengenai analisa terhadap elektabilitas pasangan JK-Wiranto. Berita pagi ini mengabarkan bahwa seorang peneliti di Makassar menyampaikan bahwa peluang pasangan tsb sangat besar. Menarik. Namun, kurang ilmiah. Mengapa?Kurang data! Saya pikir tantangan terbesar pasangan tsb saat ini adalah bagaimana caranya untuk lolos dari treshold 20% sbg prasyarat untuk maju menjadi capres. Tapi mengapa tidak ada media yang menyoroti?Silakan Anda simpulkan sendiri.Saya pikir para pengamat tentunya jauh lebih cerdas dalam menyadari isu ini. Oleh karena itu, sampai dengan saat ini saya masih meyakini bahwa hanya 2 pasangan capres-cawapres yang berkemungkinan besar untuk maju dalam PILPRES 2009 : Mega-Prabowo dan SBY-?.

Menyambung tulisan saya sebelumnya (baca "Menakar Kekuatan Partai Politik Besar Jelang PILPRES 2009), bagaimana kalau sekarang para pengamat mulai fokus menyoroti perihal "Visi Kekuasaan" (baca: prioritas agenda bila berkuasa). Menurut saya, isu ini jauh lebih menarik untuk dibahas daripada isu popularitas capres-cawapres yang melulu disoroti.

Tawaran Kontrak Politik PKS, misalnya. Kenapa tidak dipublish secara terbuka dan mulai diperbincangkan? Atau misalnya Kontrak Politik PDIP yang disampaikan saat kampanye PILEG kemarin, saya pikir sangat menarik untuk dikerucutkan lebih spesifik lagi sehingga tidak terlalu umum dan mengawang. Atau visi kekuasaan SBY yang secara de facto (berdasarkan perolehan suara PILEG) dipastikan akan kembali menjadi presiden periode 2009-2014?

Ide lain yang cukup penting untuk dikaji adalah mengenai fenomena menurunnya kontribusi (atau menurunnya sorotan dan publikasi?) para lembaga kemahasiswaan atau organ-organ ekstra pemuda terhadap pengawalan proses PILPRES 2009 yang baik. Sejauh mana mereka mengkritisi "Visi Kekuasaan" para kandidat capres-cawapres, dan lain sebagainya.

Nah,demikian opini saya dari kacamata rakyat jelata. Bagaimana menurut anda ?

picture taken from: http://lovesandcares.files.wordpress.com

Sunday, April 26, 2009

"Antara Roti dan Sejumput Asa" (Part 2)


"Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya..." Qur'an Surat 5:32


Bada shalat isya tadi malam, Allah mempertemukan kami kembali..
Dan kini saya mendapati namanya: Muhammad. Kali ini ia bertutur lebih banyak.. Tentang cita, tentang keluarga,tentang hidup, tentangnya.

Mas Muhammad adalah seorang pemuda yatim piatu, lulusan salah sebuah madrasah aliyah di pemalang, jawa tengah enam tahun yang lalu. Usia kami sebaya, tahun ini menginjak usia 24 tahun. Yang membedakan kami hanyalah bahwa saya menemukannya sebagai seorang pemuda yang jauh lebih baik daripada saya. Allah memberikannya keistimewaan yang mungkin tidak diberikan kepada kebanyakan hambaNya. Keistimewaan untuk tidak pernah berputus asa.. tidak pernah mengenal kata menyerah.. dan tidak pernah berburuk sangka terhadap sang Pencipta.

Ia datang ke jakarta dan mulai mencari sesuap nasi dengan bekerja sebagai seorang tukang cuci piring di sebuah restoran milik seorang manado di Kali Malang. Bisa dikatakan bahwa ia adalah karyawan kesayangan sang pemilik restoran. Betapa tidak, sang majikan pun sampai meneteskan air mata ketika sahabat baru saya ini menyatakan bahwa ia ingin berhenti bekerja dan pulang kembali ke kampung. Mungkin sang majikan melihat satu hal yang sama dengan saya pada dirinya: Keistimewaannya! Namun, ia kini lebih jujur menceritakan kepada saya perihal alasan dibalik keputusannya untuk berhenti bekerja sebagai seorang pencuci piring. Ia risih karena kedua telapak tangannya seringkali diliputi semacam lendir yang berasal dari minyak babi. Maklum, restoran tempatnya berjualan memang memiliki sajian andalan dengan menu utama yang terbuat dari babi. Ia seringkali muntah karenanya. Ada faktor psikosomatis mungkin, mengingat babi adalah makanan yang tergolong haram bagi umat muslim.

Sejak memutuskan untuk berhenti, ia pernah merasakan kesulitan menemukan sesuatu untuk dimakan. Beliau bertutur bahwa ketika itu yang beliau lakukan adalah menyendiri ke masjid dan memperbanyak tilawah (bacaan quran).. Beliau yakin, bahwa Allah akan senantiasa mengasihi hambaNya yang dekat. Dan keajaiban pun terjadi tepat ketika perutnya sudah tidak sanggup lagi menahan lapar, dan memutuskan untuk berkunjung ke salah satu warteg terdekat. "Ah, makannya hutang dulu..", pikirnya. Namun, apa yang terjadi sungguh di luar dugaan. Sang empunya warteg, perantau asal lampung justru menggratiskan makanannya! sekali.. dua kali.. dan setiap kali ia datang, sang pemilik warung nasi tidak pernah meminta bayaran sepeser pun. Bahkan kini ia mengaku sudah dianggap sebagai adik sendiri oleh sang malaikat pemilik warung tersebut (Allahu yarham.. amin). Hingga suatu saat ia diperkenalkan kepada seorang pemilik usaha roti dan dipekerjakan sebagai seorang penjual roti di daerah srengseng sawah, dekat rumah tinggal saya.

Sepeda rotinya, sangatlah klasik. Sejenis dengan sepeda milik ustad oemar bakri dalam lagu bang Iwan Fals. Berwarna hitam, dengan sebuah kotak besi di belakangnya. Modal dari bos roti. Ia berjualan dua kali sehari: dari pukul 5 pagi hingga pukul 7 pagi.. kemudian dari pukul 5 sore hingga pukul 7 malam. Jaringan konsumen langganan yang telah ia miliki, membuat ia cukup bekerja selama 4 jam per hari. Sisa waktu yang tersisa inilah yang ingin ia optimalkan sebagai momen untuk belajar lebih giat menembus seleksi penerimaan mahasiswa baru di Universitas Indonesia, depok. Ia membutuhkan sebuah kampus negeri, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari areanya berjualan roti, dengan biaya yang terjangkau.

Keinginannya yang terakhir inilah yang membuat saya sedikit khawatir.Terlebih di era BHP semacam ini. Namun, saya pikir tidak ada yang tidak bisa selama senantiasa giat berupaya dan berdoa! Plus, bantuan dari para aktivis mahasiswa! Inilah kombinasi strategi efektif hadapi BHP: berupaya, berdoa, plus sedikit 'pressure' dari mahasiswa=b

Namun, kenyataan yang ada semakin menantang saja.. Berdasarkan brosur yang ia dapatkan dari hasil berkunjung dua kali ke rektorat UI, saya mendapati bahwa ia tidak memenuhi syarat untuk mengikuti SPMB, UMB ataupun berbagai jalur khusus berprestasi yang ditawarkan oleh UI. Terutama terkendala karena ia sudah melebihi rentang tahun kelulusan yang diperbolehkan.Satu-satunya peluang jalur yang terbuka untuknya hanya 1: "Jalur Paralel". Baru sampai situ yang saya tahu..

Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya berharap ada kawan-kawan yang bersedia membantu Mas Muhammad untuk mewujudkan mimpinya berkuliah di UI. Terutama kawan-kawan dari UI. Adakah yang siap turun tangan untuk membantu beliau? Saya sudah mencoba menghubungi adik sepupu saya di FE UI. Beliau bilang ada kegiatan dari Dept Pengmas (Pengabdian Kepada Masyarakat) BEM FE UI yang memberikan latihan soal menghadapi ujian masuk UI bagi anak-anak SMA yang kurang mampu. Namun, sepertinya kini sudah berada di akhir program. So, I need your help guys!

Sejauh ini menurut hemat saya, yang ia butuhkan terkait dengan TIGA hal:
1) INFORMASI YANG TEPAT MENGENAI "JALUR PARALEL" yang tersedia di UI
(inc. Bagaimana prosedur & persyaratan pendaftarannya, kapan harus mendaftar dan materi apa saja yang akan diujikan dalam seleksi tes masuknya)
2) PENDAMPINGAN BELAJAR SBG PERSIAPAN MENGIKUTI TES MASUK UI
(inc.mahasiswa pendamping belajar dan soal-soal)
3) ADVOKASI KERINGANAN BIAYA STUDI
(inc. pendampingan untuk melengkapi berbagai persyaratan yang diperlukan hingga 'goal'
mendapatkan keringanan, bahkan bila memungkinkan pembebasan biaya kuliah)

sebagai info tambahan, beliau tertarik untuk kuliah di Fakultas Ekonomi (Jurusan Ilmu Ekonomi atau Akuntansi) dan Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Inggris).

So, any suggestion? Bantu saya untuk membuktikan bahwa seorang penjual roti bisa masuk UI!

"Sungguh sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi sesamanya!"
(Alhadits)

Friday, April 24, 2009

Antara Roti dan Segenggam Asa..

Pagi ini rumah saya kedatangan tamu istimewa. Seorang pemuda yang memiliki optimisme yang luar biasa! Ia mungkin tidak seperti pemuda kebanyakan, yang terlahir ke dunia dalam kondisi serba ada. Ya.. minimal, tidak seperti kebanyakan kita (termasuk saya) yang tidak pernah berpikir panjang untuk memikirkan akan makan apa esok hari. Sorot matanya tajam, wajahnya cerah, dengan optimisme yang luar biasa! lengkaplah sudah.

Saya memang tidak terlalu banyak mengenalnya, namun pada beberapa kesempatan ketika saya mudik ke rumah, saya mendapatinya berdiri di depan pagar rumah, tersenyum menawarkan jajanannya. Saya belum pernah tau betapa istimewanya ia, hingga pagi hari ini. Ia datang ke rumah untuk meminta seberkas doa dari bapak saya. Seberkas doa sebagai dukungan moril untuk mengumpulkan butir-butir asa untuk kembali meraih mimpi besarnya: duduk di bangku kuliah sebuah perguruan tinggi ternama!

Dengan semangat ia berkata, "Saya mau pulang kampung ke Pemalang, Pak! Mau melegalisir ijazah aliyah saya! Melengkapi berkas dokumen sebagai prasyarat untuk mengikuti SPMB. Mohon doanya, pak!", sayup-sayup saya mendengar lantunan semangat lisannya di teras rumah saya. "Saya mau coba daftar di jurusan Akuntansi UI, pak! jadi siangnya saya bisa tetap jualan roti!", lanjutnya. "Kamu sebaiknya jangan di jurusan akuntansi, jadwalnya padat! kamu masuk jurusan matematika saja! supaya ilmunya bisa dipakai untuk kamu jualan!", tanggap bapak saya. "Ah, ada-ada saja.. Kalau memang dia sukanya pada akuntansi, mengapa harus dilarang?", gumam saya dalam hati.

Setelah menolak dengan halus hadiah roti yang ingin sang pemuda berikan sebagai bentuk ucapan terima kasih, bapak saya kembali masuk ke dalam rumah. Beliau tersenyum dan berkata kepada saya, "Hebat juga dia! Tukang roti tapi memiliki semangat untuk menjadi Mahasiswa UI!". Saya teringat gumaman saya dan berkata, "Kenapa dilarang masuk akuntansi UI?". Bapak saya menjawab singkat, "Dia tadi megang buku matematika! Jualan roti, sambil belajar matematika!". Ah, ada-ada saja! Menyesal tadi saya tidak ikut nimbrung ngobrol bersama sang tamu istimewa.

Saya berdoa semoga Allah mudahkan langkahnya untuk mewujudkan mimpinya dan menjadi mahasiswa yang menghadirkan kebahagiaan bagi dirinya, keluarganya dan orang-orang di sekitarnya yang bangga akannya. Seperti saya=D

Omong-omong, adakah kawan yang bisa membantunya untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian SPMB? Semoga!

picture taken from: http://www.explorex.net

"MENAKAR KEKUATAN PARTAI POLITIK BESAR JELANG PILPRES 2009"

Kondisi absurd dalam geliat manuver koalisi partai-partai besar di Indonesia menuju pemilihan kursi RI-1 & RI-2 bulan Juli mendatang, merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk mengetahui kekuatan sebenarnya dari partai-partai besar. Mengapa? Karena dalam posisi kritis seperti inilah (yang berkaitan dengan kekuasaan), keluarlah tabiat dasar sesungguhnya dari para penggerak partai!

Momentum ini adalah kesempatan yang sangat tepat (bagi masyarakat) untuk mendapatkan gambaran yang memadai mengenai KESOLIDAN SDM INTI PARTAI (baca: KESOLIDAN INTERNAL PARTAI) sekaligus KEJELASAN VISI KEKUASAAN (baca: PRIORITAS AGENDA BILA BERKUASA) dari partai-partai besar. Dua hal inilah yang menurut penulis merupakan dua indikator yang sangat signifikan dalam mengukur keterandalan sebuah partai politik dalam mewujudkan kekuasaan yang berorientasi pada kemaslahatan rakyat banyak.

Hukumnya sederhana saja:

KETIDAK SOLIDAN SDM INTI PARTAI terhadap kebijakan formal partai (terlihat dari banyaknya perpecahan di dalam tubuh partai) mengindikasikan bahwa sebuah partai "BELUM SIAP UNTUK MEMIMPIN NEGERI!" mengapa? sederhana saja, bagaimana mungkin bisa optimal memberikan kebermanfaatan bagi rakyat banyak bila untuk mengatur dirinya sendiri saja belum mampu??

VISI KEKUASAAN YANG TERLALU MENGAMBANG dan TERLALU NORMATIF mengindikasikan bahwa sebuah partai tidak memiliki gagasan yang aplikatif terhadap berbagai permasalahan bangsa! Sebagai warga negara yang optimis, kita boleh saja berbaik sangka bahwa (mungkin) ada sedikit fungsionaris partai yang memiliki kompetensi untuk menyumbangkan sumbangsih gagasan yang solutif bagi bangsa, namun tidak ada pengaruhnya sama sekali bila ide dan gagasan brilian tsb hanya "membeku di kepala"! Inilah kejahiliahan model baru: kebodohan yang dikemas dalam kepala kecerdasan! Jadi bagi partai yang seperti ini, jangan salahkan bila partai anda diberi label besar-besar sebagai PARTAI YANG TIDAK KOMPETEN!

Mengacu kepada dua poin utama yang saya kemukakan di atas, marilah kita mulai melihat kondisi & realita terkini dari partai-partai besar yang ada saat ini. Inilah analisa sederhana saya menyangkut kondisi partai-partai besar dewasa ini.

Pertama, KESOLIDAN INTERNAL PARTAI. Secara umum, (hingga saat ini) saya melihat bahwa partai-partai besar belum memiliki kesolidan internal partai yang memadai!

Kita lihat bagaimana PAN (terindikasi) terpecah akibat manuver Amien Rais yang mengumpulkan fungsionaris partai tanpa persetujuan Sutrisno Bachir, kemudian GOLKAR yang semakin terlihat kurang harmonis dengan adanya "pertemuan tandingan" yang dimotori oleh Akbar Tanjung tepat ketika Rampinassus partai Golkar yang dipimpin JK berlangsung, PKB sempat diwarnai dengan perseteruan antara Muhaimin & Gusdur beberapa waktu lalu, PPP dengan perseteruan antara Suryadarma & Bachtiar Cahmsyah yang dirasionalisasi sebagai 'miskomunikasi' tingkat elite, DEMOKRAT sempat diterpa angin kurang sedap antara ketua dewan pembina dengan wakil ketua dpp, potensi ketidakharmonisan diprediksi bertambah besar seiring dengan terlalu dominannya peran ketua dewan pembina dibandingkan ketua umum partai tsb). Kesolidan PKS, meskipun tergolong sepi dari isu perpecahan internal, masih perlu diuji kembali mengingat masih beragamnya nada dari para elite kadernya dalam memberikan statement terhadap arah koalisi, sedangkan PDIP pun saya nilai memiliki potensi ketidakharmonisan mengingat adanya historis pecahan kader inti PDIP yang membuat partai baru.

Saya pikir,"ketidakharmonisan" perlu dibedakan dengan "dinamika pendapat/gagasan". Perbedaan dari kedua terminologi ini adalah pada ketepatan waktu/situasi & efeknya terhadap perbaikan partai.Artinya, dinamika pendapat yang sehat tidak akan berujung pada ketidakharmonisan hubungan antara individu partai, terlebih antara seorang significant person di dalam partai dengan significant person lainnya di dalam partai tsb, yang membawa pada penurunan kualitas partai!. Dinamika pendapat dapat terjadi pada waktu & situasi dimana individu partai berada pada sesi brainstorming atau sharing, namun bukan pada sesi pengambilan sikap final partai! Ketika sikap final partai (setelah menampung berbagai dinamika pendapat yang ada) memutuskan bahwa sikap partai adalah A, maka seluruh fungsionaris partai mampu bersikap dewasa dan mengatakan A!! itulah makna soliditas.

Kedua, KEJELASAN VISI KEKUASAAN (Prioritas Agenda bila Berkuasa). Menurut hemat saya, belum ada satu partai pun yang memberikan sosialisasi yang memadai mengenai poin ini!

Masyarakat selayaknya berhak mendapatkan porsi yang lebih memadai mengenai VISI KEKUASAAN dari partai-partai besar yang berpotensi memegang kekuasaan. Namun sekali lagi, bukan slogan atau obrolan-obrolan normatif yang mengambang!

Partai diharapkan mampu untuk memaparkan suatu gagasan yang SOLUTIF, SEDERHANA & NYATA. SOLUTIF berarti memberikan jawaban yang terukur & realistis terhadap penyelesaian masalah strategis bangsa, SEDERHANA berarti applicable dan terpaparkan dengan jelas sehingga memungkinkan terjadinya fungsi controlling yang optimal dari publik, sedangkan NYATA berarti sesuatu yang bukan bualan atau angan-angan yang berpotensi untuk segera dilupakan, langsung dapat mulai diaplikasikan sejak hari pertama berkuasa (tanpa menafikan konsep gradualitas dan kontinuitas) dan memiliki jaminan sosial terhadap terlaksananya gagasan tsb!

Selaras dengan konsep KONTRAK SOSIAL, maka sesungguhnya kekuasaan itu pada hakikatnya adalah sesuatu yang dipercayakan oleh rakyat kepada seorang pemimpin yang amanah, sehingga (kekuasaan tsb) dapat ditarik kembali bila sang pemimpin kelak mengkhianati nilai-nilai kebenaran & merugikan kepentingan masyarakat!

Di poin inilah seharusnya lembaga mahasiswa, semisal BEM SE-INDONESIA memiliki tanggung jawab besar!! Bagaimana untuk membantu mengondisikan agar rakyat bisa mengenal lebih banyak terhadap pemimpinnya. Bukan sekedar menjadi pengamat pasif yang hanya bisa memberikan statement terhadap perilaku politisi!! Lebih dari itu, BEM SE-INDONESIA diharapkan mampu untuk mewujudkan TRUST dan OPTIMISME rakyat Indonesia terhadap keberlangsungan bangsa ini ke depan! Ayo bangun dan tunjukkan geliatmu kawan!

Saya mengajak seluruh mahasiswa untuk menjadikan momentum ini sebagai momentum untuk menemukan kembali ISLAND OF INTEGRITY (baca: Titik Awal Perbaikan) yang telah lama hilang dari dunia perpolitikan kita. Inilah waktunya untuk kembali menciptakan optimisme baru akan kondisi bangsa yang lebih baik!

Siagakan mata, telinga dan hati kita! Berdasarkan dua indikator tadi, nyatalah bahwa hingga kini PARTAI-PARTAI POLITIK BESAR TERBUKTI BELUM MAMPU MENUNJUKKAN KESIAPANNYA UNTUK MEMIMPIN NEGERI!!

Semoga tulisan ini sedikit banyak dapat menjadi alat bantu untuk menoropong absurditas kondisi perpolitikan bangsa kita secara lebih proporsional! amin.


picture taken from: http://media.photobucket.com


Meredefinisi Makna Jahiliah


"Sungguh simpul ikatan Islam akan pudar satu-persatu manakala orang di dalamnya tumbuh tanpa mengenal jahiliah!"
(Umar Ibn Khattab RA)

Bagi siapa pun yang mengenal sosok Al-Faruq (demikian julukan yang diberikan kepada Umar RA) tentunya meyakini bahwa beliau bukanlah sosok yang gemar mengumbar ucapan sembarang ucap. Terlebih karena beliau adalah seorang amirul mu'minin yang memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas segala perangainya, termasuk lisannya.

Ucapan beliau yang saya kutip di atas, nampaknya masih sangat relevan sebagai sebuah pengingat bagi kita dalam berinteraksi dengan kondisi kekinian umat Islam masa kini.

Dari quote tsb, sekilas kita bisa menangkap sebuah pesan penting bagi tiap insan muslim, khususnya para pemuda Islam, untuk menyadari urgensi dari "mengenal jahiliah" sebagai langkah awal untuk menahan diri dari segala bentuk kejahiliahan masa kini. Alfahmu qobla amal; pemahaman (dahulu) sebelum beramal. Benarlah perkataan salah seorang sahabat; "alangkah berbahayanya bila semangat keislaman kita yang menggebu-gebu, tidak dibingkai oleh pemahaman yang memadai!".

Apakah kiranya kesan yang muncul secara spontan dalam benak kita ketika mendengar kata "Jahiliah"? Kemungkinan besar kesan yang timbul berkisar pada kata-kata semisal: kebodohan, keterbelakangan, ketidakmampuan, ketidaktahuan, dsb. Memang kesan-kesan tsb tidak jauh dari makna bahasa "Jahil" yang berarti: bodoh. Namun, satu hal yang sangat penting untuk kita pahami bersama adalah bahwa "Jahiliah tidak selalu identik dengan kebodohan, keterbelakangan, ketidakmampuan ataupun ketidaktahuan!"

Bila kita coba mengingat kembali sosok "Tokoh-Tokoh Jahiliah" yang terekam dalam sirah, sama sekali tidak ada tanda-tanda "keterbelakangan" dalam diri mereka. Bahkan kita mendapati sebaliknya! kita mendapati mereka sebagai "orang-orang istimewa" di masanya!

Ingatkah kita dengan sosok Amr bin Hisyam yang lebih dikenal dengan nickname Abu Jahal; "Bapak Kejahiliahan"? Beliau adalah seorang pemuka yang memiliki kemampuan baca tulis (kemampuan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang kala itu), seorang hakim yang memiliki kewenangan legislasi untuk memutuskan perkara masyarakat, seorang yang dikenal dengan kelimpahan hikmah yang dimilikinya.

Demikian pula bila kita berkaca kepada sosok Fir'aun dengan kedigdayaan kerajaannya, Qarun dengan kelimpahan hartanya, Bal'am bin Ba'uraa dengan sosok kealimannya, dan lain sebagainya. Namun, terlepas dari semua keistimewaan yang mereka miliki, mereka tetap dicatat dalam sejarah sebagai para Tokoh Jahiliah! Kecerdasan, kekuasaan, keilmuan yang mereka miliki tidak serta merta menjadikan mereka sebagai orang-orang yang menyejarah sebagai "seorang yang mulia", justru sejarah mencatat mereka sebagai orang-orang yang lupa diri!

Oleh karena itu, nyatalah bahwa jahiliah tidaklah selalu tampil dalam 'kemasan' kebodohan. Bahkan kejahiliahan kini bertransformasi menjadi kejahiliahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik cendikia. Inilah jenis Jahiliah yang paling berbahaya! Yakni, orang-orang yang tahu, tapi tidak mau tahu. Orang-orang yang meyakini suatu kebenaran, tetapi senantiasa mencari alasan untuk tidak mengimplementasikan kebenaran tsb. Mereka menjadi menjadi jahiliah, justru setelah mereka mendapatkan ilmu yang memadai atasnya.

Oleh karena itu sahabat sekalian.. Mari kita perbaharui kembali definisi kita mengenai terminologi "Jahiliah" sehingga kita mampu bermawas diri dari segala bentuk kejahiliahan, terutama dari jenisnya yang paling berbahaya: kejahiliahan yang dibungkus dalam berbagai keistimewaan!

wallahua'lam


terinspirasi dari : "Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim", Salim A.Fillah

picture taken from: http://www.bukumuslim.com/

Wednesday, April 08, 2009

Doa Kemenangan

Ya Allah, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia

Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya

Engkau pencipta dan pelindungnya

Ya Allah, perbaiki hubungan antar kami

Rukunkan antar hati kami

Tunjuki kami jalan keselamatan

Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang

Jadikan kami orang muda yang menghormati orang tua

Dan orang tua yang menyayangi orang muda

Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman

Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

Ya Allah, wahai yang memudahkan segala yang sukar

Wahai yang menyambung segala yang patah

Wahai yang menemani semua yang tersendiri

Wahai pengaman segala yang takut

Wahai pengkuat segala yang lemah

Mudah bagimu memudahkan segala yang susah

Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran

Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak

Engkau Maha Tahu dan Melihatnya

Ya Allah, kami takut kepada-Mu

Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu

Jaga kami dengan mata-Mu yang tiada tidur

Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus

Kasihi kami dengan kuadrat kuasa-Mu atas kami

Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami

Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami

Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara

Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami

Ya Allah, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang

Ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami

Ya Allah, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami

Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri

Ya Allah, jadikan kami kebanggaan hamba dan Nabi-Mu Muhammad SAW di padang masyhar nanti

Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu

Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab

Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku, ummatku

Pemimpin bagi para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan

Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera

Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan

—————————————————————————————————

“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami,

dan kokohkanlah pendirian kami...” (QS. Al-Baqarah: 250)

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan

di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”

(QS. Al-Baqarah : 201)

Amiin Yaa Rabbal’Alamiin********


picture taken from: http://dodiprananda.files.wordpress.com dan http://www.habibieafsyah.com

Thursday, April 02, 2009

re: too serious..


bismillah..

INTERMEZZO

wah, ada kawan yang protes kalau tulisan saya di milis terlalu panjang dan terlalu serius..=b
too long and to serious.. haha..

politik.. politik.. politik.. hidup.. politik lagi..
punten, kok belakangan ini saya jadi politikisasi gini ya..?!=b


Terima kasih atas masukannya.. insya Allah akan saya tanggapi secara proporsional=D

Gw setuju sama ungkapan pada gambar di atas: "Life is much too serious to be taken seriously..". Jangan serius gitu dong!=b Smile=D

Hidup serius! loh?=b

picture taken from http://us.st12.yimg.com

Thursday, March 26, 2009

Saatnya Mencari Negarawan yang Santun!

Bismillah..

Situasi politik yang kian memanas mendekati pemilu legislatif tanggal 9 April nampaknya memberikan sebuah kekhawatiran tersendiri bagi saya sebagai anak muda. Betapa tidak, perilaku yang ditampilkan di dalam layar kotak bergambar dari waktu ke waktu mencerminkan betapa bangsa ini mengalami krisis pemimpin negarawan yang santun!

Saya mungkin bukanlah seorang ahli politik, saya juga bukan seorang ahli perilaku... namun saya melihat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh beberapa tokoh politik belakangan ini benar-benar jauh dari prinsip kesantunan dalam berpolitik. Lihatlah apa yang terjadi pada konflik elite antara partai oposisi (PDIP) dan partai yang kini berkuasa (Demokrat). Perselisihan pandangan mengenai BLT membuat elite kedua partai menampilkan perilaku yang kurang sedap di pandang di hadapan masyarakat luas yang terus mengamati layar kotak televisi. Begitu pula ketidakharmonisan yang kian jelas antara presiden SBY dan wapres JK (menjelang akhir periode kepemimpinannya) terkait dengan intensnya statement JK yang merasa dapat bekerja lebih baik dan lebih cepat daripada SBY, yang kemudian direspon dengan tersebarnya berita (beberapa waktu yang lalu) bahwa SBY meng-sms seluruh menteri (melalui sekretaris kabinet) terkait pernyataan wakilnya tsb. Apakah yang sebenarnya sedang terjadi?

Saling serang, saling merendahkan, nampaknya menjadi hal yang (dianggap) sangat wajar belakangan ini. Kemanakah perginya rasa saling menghargai dan saling menghormati antara para pemimpin bangsa ini? Bukankah para pemimpin itu ibarat bintang di langit yang akan menjadi penunjuk bagi masyarakatnya yang kehilangan arah? Namun, apa yang terjadi ketika kini bintang-bintang tsb perlahan semakin pudar cahayanya dan semakin kehilangan karismanya?Tentu rakyat bangsa ini semakin bersedih hati..

Wahai para pemimpin bangsa, kembalilah kepada ranah asalmu..! yaitu menjadi pemimpin yang santun, yang mencintai rakyatnya melebihi kecintaannya kepada jabatan, harta dan kekuasaan. Kami menanti pemimpin-pemimpin baru yang mampu memberikan keteladanan yang baik dalam bersikap, kesederhanaan dalam bertutur, dan kelurusan hati dalam mengemban amanah!

Bangsa ini butuh penyegaran! Mungkin telah menjadi rahasia bersama bahwa bangsa ini sedang krisis "Negarawan yang Santun".. Tapi saya yakin.. saya, anda, dan kita masih menyimpan sebuah harapan bahwa dari sekian ratus juta penduduk bangsa ini, masih ada para pemimpin yang mampu dan tulus dalam mengemban kebesaran bangsa ini.. yang perlahan membawa bangsa ini menuju titik puncak kejayaannya! Wahai negarawan santun di manakah engkau berada? Kami kini benar-benar menantikan kehadiranmu di tahun ini!

wallahua'lam

picture taken from: http://kebumendiary.info

Tuesday, March 24, 2009

Menyikapi Golput..

Fatwa golput MUI memang kurang bijak dari segi “pemilihan bahasa”. Seharusnya tidak berbunyi, “golput itu haram!”. Tetapi, mungkin bisa disederhanakn dengan bahasa yang lebih mudah dicerna. Misalnya, “Dalam pemilu ini, jangan memilih pemimpin yang zalim. Pilihlah pemimpin yang memahami Islam sebagai solusi dan rahmat bagi bangsa kita.”, dsb. Pesannya sampai, tetapi dengan cara yang lebih santun.

Konsep Golput muncul saat zaman tirani suharto sebagai bentuk ekspresi kekecewaan para aktivis yang bosan dengan “monotonisasi politik”, dimana setiap kali pemilu sudah dapat ditebak siapa pemenangnya: Golkar. Jadi sudah tidak lagi menarik.


Namun, menurut saya sikap GOLPUT kini sudah tidak lagi relevan. Dan saya memandang sikap tsb sebagai sikap yang tidak solutif dan tidak memiliki efek jangka panjang. Sekarang pertanyaan saya adlh “kalau seandainya, sebagian besar rakyat Indo GOLPUT, apa kemudian yang akn dilakukan selanjutnya?” (tentunya ketika kondisi tsb terjadi situasi politik di Indo pasti kacau balau, karena tidak adanya kepercayaan masyarkat kepada partai politik) Namun, selanjutnya apa? REVOLUSI untuk mengganti system politik? Konsepnya seperti apa? Dan kita harus menghitung berapa banyak kemunduran yang harus terjadi bila REVOLUSI terjadi karena prinsip revolusi (yang saya pahami) adalah “hancurkan dulu bangunannya kemudian bangun kembali!”. Namun, apa yang kiranya akan terjadi ketika kondisi Negara ini sedang ricuh?Siapa yang akan menjadi korban paling banyak? Adlah keniscayaan bahwa para ahli politik akan menngeluarkan berbagai jurusnya untuk berkuasa. Namun, tentunya (dalam situasi tsb) politik berlaku tanpa adanya peraturan/hukum. Bukan begitu?


Tentunya orang-orang yang dikenal sebagai pencetus golput (selayaknya) juga memiliki metode dan kepentingannya masing-masing. Atau bahkan, mungkin ada di antara para pencetus golput tidak memiliki konsep yang memadai sebagai tindak lanjut golput! Pokoknya yang penting golput. Inikan reaktif namanya. Sebaiknya para pelopor golput ini memaparkan seperti apa langkah selanjutnya setelah golput dilancarkan. Sehingga masyarakat bisa lebih tepat dalm menyikapi anjuran golput yang mereka galakkan.


Oleh karena itu, sampai sekarang saya menganggap bahwa golput itu bukanlah sebuah keputusan yang solutif. Saya memegang prinsip yang diajarkan kaidah Islam, sesuai pemahaman saya, bahwa “menghindari kerusakan adalah lebih utama daripada mengambil manfaat”. Ketika partisipasi dalam pemilu ini masih memiliki harapan akan kondisi bangsa yang lebih baik dan memiliki setidaknya (mungkin) sedikit manfaat, mengapa harus ditinggalkan?


Saya menghormati pilihan politik setiap individu. Namun, saya mengajak kawan2 (terutama aktivis) yang berkeyakinan golput untuk meredefinisi konsep yang mereka miliki tentang bagaimana golput akan berdampak kepada kebaikan Negara dan apa langkah selanjutnya yang akn dilakukan.


Saya meyakini bahwa untuk saat ini fenomena golput tidak dapat dikurangi hingga angka nol, namun saya berharap golput tetap menjadi minoritas selama belum memenuhi dua hal yang saya sebutkan di atas tadi. Wallahua’lam.


Friday, March 13, 2009

Lingkaran Orang-Orang Besar!

Dengan nama Allah yang meninggikan atau merendahkan derajat hambaNya..


Saya baru benar-benar tersadar bahwa saya sudah cukup jauh tertinggal. Orang-orang besar atau orang-orang yang berpotensi (menjadi) besar, ternyata memiliki lingkaran sosial yang besar. Jauh lebih besar dari orang kebanyakan. Cukup sederhana memang, dan seharusnya ini suatu hal yang terdengar sangat logis dalam konteks orang-orang besar. Tapi entah mengapa, saya baru benar-benar terhenyak ketika kawan-kawan di sekitar saya yang tampak "menjadi" memiliki sirkulasi lingkungan sosial yang lebih besar dari kebanyakan orang. Dan ini membuat mereka lebih banyak menemukan "peluang", dan jalur-jalur untuk menjadi besar! Lingkaran besar ini secara natural akan menyediakan berbagai informasi yang sangat mendukungnya untuk menjadi besar.

Saya sebenarnya memperhatikan secuil fenomena yang saya lihat pada diri salah seorang kawan saya. Saya perhatikan, misalnya setiap kali ada seminar nasional ataupun diskusi-diskusi nasional maka ia akan menjadi orang pertama yang hadir di sana. Dari sana ia membangun pola pikir berdasarkan stimulus-stimulus gagasan atau loncatan-loncatan ide, dan meraih lebih banyak air untuk ia tuangkan ke dalam gelas yang ia miliki. Ia membuka dan bermain wacana dengan "sparing partner" yang kompeten, jauh melebihi masanya. Namun, perlahan ia akan mendapatkan akselarasi peningkatan yang pesat. Ibarat besi yang tertarik kuat kepada medan magnetnya. Dan tidak menutup kemungkinan, bahwa dua-tiga-empat-lima tahun kemudian ia bukan lagi menjadi sekedar "besi", namun ia berkembang menjadi "medan magnet" baru yang (mungkin) lebih kuat dibandingkan sebelumnya.

Sebagian orang memilih untuk menyalahkan lingkungan ketika ia merasa bahwa dirinya "tidak terfasilitasi" untuk berkembang. Ia meminta agar berbagai informasi yang penting untuk kemajuan dirinya diberikan kepadanya secara cuma-cuma, tanpa usaha ekstra. Inilah yang saya pikir membuat kebanyakan diri kita tidak mengalami kemajuan yang signifikan dari masa ke masa. "Bukankah berlian, sekalipun di dalam lumpur akan tetap menjadi berlian?", begitu lebih kurang yang disampaikan salah seorang guru saya beberapa tahun yang lalu. Namun, tentunya berlian yang cantik dan indah merupakan akumulasi dari tahapan-tahapan kerja keras, bukan?

Lingkaran yang kecil membuat kita "terlalu cepat" merasa besar.. akibatnya kurang motivasi untuk lebih baik kembali. Namun, lingkaran-lingkaran besar yang dinamis akan mengondisikan kita untuk terus merasa perlu untuk secara konsisten memperbaiki kualitas diri.

Oleh karena itu sahabat, melalui tulisan ini saya ingin mengajak kita semua, yang mungkin tanpa sadar masih puas berada dalam lingkaran yang kecil, mari keluar dan ciptakan lingkaran yang lebih besar! Hadiri majlis-majlis ilmu yang tersedia.. kembangkan orang lain.. bangun networking pembelajar sejati.. yang tidak pernah lupa mengembangkan diri sembari membangun sesama. Ubah mindset berpikir kita.. inilah saatnya untuk lebih proaktif meraih harapan dan kesempatan untuk menjadi jauh lebih besar dan jauh lebih baik! Ambillah peluang untuk terus menerus menantang diri kita untuk lebih baik. Jangan pernah takut kalah! Kita adalah pemenang yang belajar dan bangkit dari kekalahan..

"I believe (indeed) that a greatman must always be a great learner, a great teacher, as well as a great disciple!"

wallahu'alam bishshowab

picture taken from http://fun.portal.bg

Peluang ikut Pelatihan Kepemimpinan Nasional! for FREE!


Pendaftaran Training Leadership and Lifeskill Forum Indonesia Muda Angkatan VII

Training Leadership and Lifeskill Forum Indonesia Muda Angkatan VII

“Menyongsong kepemimpinan pemuda: Think Globally, Act Locally”

Apa itu Forum Indonesia Muda (FIM)?

Sebuah forum independen yang beranggotakan pemuda dan mahasiswa dari berbagai aktivitas, universitas maupun lembaga kepemudaan, dari seluruh Indonesia; dari Aceh sampai Papua dengan cita-cita bersama membangun bangsa dengan semangat kontribusi bersama. Forum ini sebagai sarana peningkatan kompetensi pemuda dan mahasiswa dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan dan wadah silaturahmi untuk membangun kontribusi bersama.

Siapa saja alumni Forum Indonesia Muda ?

Pemuda dan mahasiswa dari seluruh Indonesia dengan latar belakang minat dan aktivitas: pendidikan, kerelawanan, pemberdayaan masyarakat, lingkungan, sosial politik ekonomi, dan lain-lain.

Ingin bergabung bersama Kami???

Persyaratan Calon Peserta :

1. CV lengkap dengan menggunakan format yang terlampir disini
2. Surat rekomendasi resmi dari organisasi (organisasi tidak dibatasi dari latar belakang tertentu; dapat berupa organisasi mahasiswa/LSM/Karang taruna/dll)
3. Sebuah Essay dengan tema “aku untuk bangsaku”, yang mencakup:

a. sebaiknya menceritakan tentang tiga hal:

  • Aktivitasku dimasyarakat (LSM, Kemahasiswaan, kelurahan, tempat ibadah, dll)
  • Visi besar untuk Indonesia dan apa yang sudah dilakukan untuk mengarah kesana
  • Ide konkrit yang bisa dilakukan untuk pengembangan wilayah/daerah sekitar tempat tinggal

b. penulisan sesuai dengan teknis:

  • Format kertas A4, huruf Arial 11pt., 1.5 spasi, batas margin atas& kiri 4 cm dan bawah& kanan 3 cm, dalam aplikasi Microsoft Word 2003.
  • Panjang essay minimal 3 halaman penuh dan maksimal 5 halaman penuh, tidak termasuk gambar atau halaman judul (bila ingin menyertakan)
  • Ketik judul essay di dalam batas margin dengan letak di tengah atas dan jarak antara judul dan teks adalah 3 spasi, huruf judul Arial 14 pt bold.
  • Nama dan instansi diketik di bagian header kanan atas pada setiap halaman essay.

Persyaratan Pendaftaran dikirimkan ke:
email: forumindonesiamuda@yahoo.co.id

Pengiriman dokumen pendaftaran paling lambat: 31 Maret 2009, pukul 18.00 WIB
Pengumuman 100 peserta terpilih: 13 April 2009
Pelatihan FIM 7: 30 April-3 Mei 2009

Contact person: Fitrasani (085220331070)
Ivan Ahda (08818112850)


Info lebih lanjut bisa buka http://forumindonesiamuda.wordpress.com atau klik aja dari "recommended sites di sebelah kanan layar blog ini" : Forum Indonesia Muda


Monday, March 09, 2009

Peluang Seminar International Gratis ke Luar Negeri!

bismillah...

Kawan-kawan, berikut ada info yang cukup menarik untuk diikuti.. terlebih bagi kawan-kawan yang tertarik dengan isu ekonomi atau kebijakan publik yang berkaitan dengan "Resesi Ekonomi Global". Kalo kawan-kawan lulus seleksi, bisa diberangkatkan ke beberapa negara loh! termasuk Amerika dan Vietnam kalo ga salah.. Persyaratannya juga ga terlalu neko-neko. APPLICATION DEADLINE: 1 APRIL 2009. Saya lagi pasang kuda2 juga nih=b kalo Singapura ga lolos, mungkin saya mau coba ikut daftar juga program ini. Mungkin kita bisa berangkat sama-sama kawan2=D Mangga di bawah ini infonya:

The 19th New Generation Seminar

"The Global Economic Crisis: Impacts and Responses in Asia"

October 4-18, 2009

Honolulu, Hawaii; Seoul, Korea; Hanoi, Vietnam

Now accepting applications for the 2009 Program. Deadline: April 1

Each year the East-West Center invites rising young leaders from the United States and Asia Pacific to participate in The New Generation Seminar (NGS), a two-week intensive educational, dialogue and study tour travel program. The program is developed around a thematic focus and provides participants with an opportunity to strengthen their understanding of Asia Pacific-U.S. developments and challenges, build a regional network and to become leaders with a more international perspective. The first week of the program is held in Hawaii. In discussions with East-West Center researchers, other experts in the Hawaii community and one another, participants are introduced to key regional policy issues such as international relations, security, economics, population, health and environment. The second week involves field travel to either the United States or Asia Pacific for exploration of the program theme.

2009 Theme: "The Global Economic Crisis: Impacts and Responses in Asia"

The world is facing what may be the first truly global economic crisis. The financial meltdown that began on Wall Street has become a crisis that reaches deep into the globally integrated financial and trading systems, posing very serious challenges for countries around the world. Asia’s vastly diverse economies have experienced the fallout in different ways, all of which are testing political, economic and social structures across the region.

The 19th New Generation Seminar will provide an opportunity for policy and decision-makers from Asia Pacific and the United States to develop a comprehensive perspective of how the financial crisis is affecting regional economies, how countries are responding nationally, and what countries are doing together. Participants will travel to Korea and Vietnam to compare the challenges and policy responses in two Asian countries representing different stages of economic development and different political systems. In Korea participants will examine how the crisis has affected a newly industrialized economy that has been one of Asia’s success stories since the 1997 Asian financial crisis. Vietnam offers a view of the impact on an emerging economy that has had the second highest growth rate in Asia for several years, but still remains a developing nation. Meetings and visits will expose participants to a wide range of perspectives from government, private sector, labor, academia, civil society and the media to better understand the causes, consequences and future implications of this unprecedented challenge to the global economy.

For full information about the NGS please download the 19th NGS Background Summary

Who Can Apply

The New Generation Seminar involves 12-14 participants aged mid-20’s to late 30’s, approximately 8-10 from Asia Pacific and 4 from the United States. The program seeks to engage “communicators” and “leaders,” those individuals who are in a position to shape and influence policy and decision-making in their countries, regions or local communities. Primarily these leaders will be involved in political processes. Past participants have included members of national, state or provincial government assemblies or ministries, young mayors or governors, city council members, up and coming members of political parties, leaders of political party youth wings, political advisers and other elected officials. The NGS also includes leaders from civil society organizations, media, business and law. The program is geared toward professionals working outside of academia.

The strongest candidates for the program will be:

· Working professionals in their mid-20s to late 30s;

· Political and community leaders or communicators with broad-based policy knowledge and influence;

· Individuals with limited opportunity for international travel;

· Fluent in English.

Candidates need not be specialists in the program theme; indeed, as stated above, we prefer candidates with broad based policy profiles who could benefit from deepening their understanding of the current economic crisis.

How to Apply

Participation in the New Generation Seminar is a competitive process. Nominations are received from a variety of U.S. and Asia Pacific organizations and qualified individuals are welcome to submit applications on their own. The applications and nominations are reviewed by an East-West Center Selection Committee, which makes the final selection of candidates.

To apply, please submit the following:

· The Application Cover Sheet (Click here to download. You may type directly into this Word document).

· A brief written statement about why you wish to participate in the 19th New Generation Seminar (not more than one typewritten double-spaced page, please). In responding please consider what you feel that you can contribute to the program and what you hope to gain from participating given your current leadership positions/roles, especially with regard to this year’s program theme.

· One-paragraph professional biography summarizing your current work and highlighting your leadership experience and those aspects of your resume you think are most important for the selection committee.

· Copy of resume to include professional and educational background.
Resume or CV should clearly indicate years and type of education, title of position held, name of employer, dates spent at each position, and most importantly a brief outline of specific responsibilities or accomplishments in each position.

· Two (2) letters of professional recommendation on official letterhead with current contact information for each person writing a recommendation.

For a printed summary of the application requirements, please download the Application Instructions and Cover Sheet.

APPLICATION DEADLINE: APRIL 1, 2009

You may send applications via:

E-MAIL: ngs@eastwestcenter.org

FAX: (808) 944-7600

POST: New Generation Seminar, East-West Seminars
East-West Center, 1601 East-West Road, Honolulu, Hawaii, 96848-1601, USA

For questions or confirmation of receipt, please contact:

TEL: (808) 944-7682

We will confirm receipt of the application within 5 working days. If you do not hear back from us, please follow up.

Applications must be received at the East-West Center by the application deadline in order to be considered.

You will be notified of the results by June 15, 2009.


info lengkap dapat dilihat di: http://www.iief.or.id (pilihan strata non-gelar)


Saya akan sangat senang sekali kalau ada di antara kawan-kawan yang berhasil lulus ikut program ini sehingga bisa lebih banyak berkontribusi bagi diri, keluarga dan masyarakat ini. Mari tumbuh bersama kawan! Sukses!


Quote of The Day :

"Mantapkanlah diri untuk mengakui kealfaan diri saat kritikan tajam datang menyapa.. terasa berat,namun sesungguhnya meringankan!"

Label Cloud


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips