Wednesday, January 18, 2012

Stereotype

"Don't ever judge a book (merely) by its cover!" - anonym

Mungkin ini sebuah ungkapan yang pas untuk menggambarkan pengalaman yang saya peroleh kemarin malam ketika saya terlibat dan menghadiri sebuah acara yang digagas bersama dengan rekan-rekan muslim dari sejumlah negara untuk memperkenalkan makna dan pengalaman ber-Idul Adha di negara kami. rasanya? luar biasa menyenangkan:D

Setelah menyimak sejumlah slide mengenai Idul Adha yang disampaikan secara bergiliran oleh tiga orang kawan asal Afghanistan, China dan Kosovo, maka para hadirin hadirat pun dipersilakan untuk beralih ke ruangan lain di mana telah tersaji sejumlah makanan khas muslim di beberapa negara. selain sejumlah makanan khas asal timur tengah seperti nasi briyani & 'martabak' (saya tidak tahu namanya:b) Afghanistan, ayam khas Pakistan dan manisan khas Mesir, tidak ketinggalan pula 'rendang', buah karya salah seorang kawan asal indonesia:D

Di tengah hiruk pikuk inilah saya berjumpa dengan seorang berambut gimbal sedang menikmati segelas besar bir berwarna pekat dan asyik bersandar sendiri ke tembok kayu di sudut ruangan. interaksi kami bermula ketika ia memperhatikan ekspresi saya saat mencoba mencicipi minuman sejenis susu khas asia tengah. sekilas minuman tersebut terlihat seperti susu putih yang dicampur dengan butir-butir kecil oreo, sehingga asosiasi pertama saya adalah 'manis':D tegukan pertama betul-betul meluluh lantahkan stereotype bahwa susu putih = manis. rasanya kecut, seperti di campur yoghurt!:b spontan saya bertanya, 'apakah ini susu jerman?'. ia pun menggeleng, 'bukan!', jawabnya singkat. seorang kawan asal uzbekhistan yang kebetulan mendengar percakapan kami menjelaskan bahwa tidak ada campuran yoghurt di dalamnya. ah, meskipun terasa aneh, tapi saya menikmatinya.. menenggaknya sekali lagi sembari memejamkan mata menahan asamnya, dan menghabiskannya sekaligus pada tenggakan ketiga:D rasanya seperti minum obat!:b haha..

Dan obrolan kami pun berlanjut.. 'anda terlihat sangat menikmatinya', ujarnya sembari tersenyum. 'ya!', jawab saya singkat. 'apa kamu orang jerman?', tanya saya, mengingat cukup banyak bule yang hadir malam itu dari sejumlah negara (saya pun juga bule, hanya saja tidak pirang:b). ia pun menjawab, 'ya, saya berasal dari sebuah kota kecil di perbatasan thueringen dan sachsen-anhalt'. belakangan saya ketahui bahwa ia seorang mahasiswa S1 di bidang pendidikan dan bahasa inggris. saya yang selalu mengagumi para penggiat pendidikan sedikit kaget, 'pendidikan?' ia pun kembali menegaskan, 'ya! pendidikan untuk anak TK!':D wow! ia bercerita betapa menyenangkannya menjadi pengajar, terutama bagi anak-anak kecil. namun, dalam hati saya sempat terbersit, 'luar biasa sekali! seorang berambut gimbal seperti beliau, yang biasanya identik dengan gaya hidup yg terkesan 'free-style' ternyata jatuh cinta pada dunia anak-anak:D (punten, lagi-lagi stereotype:b).

pikiran saya sejenak melanglang buana ke tanah air. seperti apa kiranya bila ada seorang guru berambut gimbal sepertinya mengajar di sebuah TK nol kecil di indonesia?:D ah, tetapi hatinya tampak ramah.. wajahnya pun sumringah. anak-anak kecil pasti senang berada dan bermain dengannya. ia sempat berbagi kisah, bahwa seringkali para polisi jerman menghentikannya hanya karena seorang pengedar narkotika (mungkin) memiliki wajah yang 'mirip' dengannya. itulah sebab mengapa ia seringkali mengenakan tudung jaketnya, terutama di kala malam tiba. sekilas saya perhatikan kembali wajahnya.. ah,sama sekali tidak ada tanda-tanda pengguna narkoba. wajahnya terlihat segar, nada bicaranya pun mengalun jelas, dengan senyum yang sesekali mengembang (beginilah susahnya kalo pernah jd mhsw a.k.a mantan psikologi.. selalu saja nalurinya 'otomatis' menganalisa:b). haha..

Kami menemukan sebuah kesamaan dalam hal ini! saya pun terkadang merasa dirugikan dengan stereotype semacam ini. sebagai seorang asia yg hobi berkereta, polisi jerman paling hobi bertanya, 'selamat pagi! tolong perlihatkan paspor anda? anda mau kemana?' bla bla bla... dan ini pun berkali-kali terjadi. terkadang cukup mengesalkan, karena sangat diskriminatif: hanya saya seorang yg diperiksa! meskipun, alhamdulillah, selalu bisa melewatinya tanpa masalah:D

Hmm.. jadi seperti apa ya sebaiknya kita bersikap terhadap 'stereotype'?:D saya pun belum memiliki jawaban yang tepat. namun, satu hal yang menurut saya perlu kita sadari bahwa stereotype ini merupakan sesuatu yang kita peroleh dari pengalaman di sepanjang hidup kita; keluarga kita, lingkungan sekitar kita, dsb. sehingga adalah hal yang wajar bila kita terkadang ber-stereotype. bahkan suatu waktu bisa membantu kita untuk 'waspada' terhadap hal-hal yang tidak kita inginkan. hanya saja, yang perlu kita sadari adalah 'stereotype' tsb memiliki kemungkinan untuk mengalami 'kekeliruan',terutama bila kita kemudian melakukan 'over-generalisasi' terhadap stereotype yg buruk dan memberikan 'labelling' yang sama kepada semua orang dgn ciri-ciri tertentu yang kita anggap sama. oleh karena itu pada waktu-waktu tertentu memerlukan pembuktian utk menguji keabsahannya (bila diperlukan).

Jadi apa yang dilakukan oleh para polisi tsb terhadap saya atau terhadap kawan baru saya tsb ternyata adalah hal yang wajar! karena mereka perlu melakukan pembuktian. yang ga wajar itu kalau polisi-polisi tsb main tangkap, tanpa proses dialog di antara kami. bila terbukti saya tidak memiliki catatan yang salah, maka polisi tsb pun mengucapkan terima kasih dan berlalu (masalah 'nada pengucapannya' itu bagaimana, itu perkara 'selera':b hehe..). Jadi mekanisme idealnya, stereotype->uji -> bila salah, perlu diperbaiki.

Sekarang saya jadi tersadarkan bahwa sudut pandang saya terkadang mungkin terlalu saya-sentris a.k.a egois:D haha.. begitulah kita manusia. jadi nampaknya tepatlah kalau di awal tulisan tadi saya mulai dengan 'jangan menilai buku (hanya) dari covernya'. buku jangan hanya dinilai dari covernya. tapi perlu disadari juga, supaya tidak mengundang penilaian yang tidak-tidak, 'cover' kita pun tidak perlu yang 'neko-neko' (baca: macam-macam). terlebih karena tidak banyak orang yang memiliki waktu untuk membaca isinya dengan seksama:D haha..

Mohon pencerahannya!:D oya, selamat idul adha bagi rekan-rekan yang merayakannya!

the pic was taken responsibly from http://pandhuwiguna.wordpress.com/page/3/

1 opini dari pembaca:

kios bayi said...

Memang sekarang orang lebih mudah men-judge hanya dari cover... Dan memang kadang cover mencerminkan kepribadian seseorang, tapi tidak penilaian terhadap cover bisa bersifat subjective tergantung kepada siapa dan siapa yg melakukan... Good share, keepn update :)

Quote of The Day :

"Mantapkanlah diri untuk mengakui kealfaan diri saat kritikan tajam datang menyapa.. terasa berat,namun sesungguhnya meringankan!"

Label Cloud


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips