Monday, June 08, 2009

"Cahaya di Atas Cahaya"

Seorang kawan pada beberapa kesempatan mengatakan kepada saya bahwa apa pun, siapa pun bisa menjadi guru bagi diri selama kita telah siap memposisikan diri sebagai murid . Saya sangat sepakat akan hal ini, meskipun tidak pada titik yang terlampau liberal (baca: ekstrem). Kita memang bisa belajar dimana pun, kapan pun, dan dari apa & siapa pun.


Namun, dalam opini saya, tetap bahwa manusia yang ingin belajar, praktis membutuhkan seorang guru yang mampu membantu kita untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan berpikir baru untuk mengembangkan apa yang sudah kita ketahui, minimal sebagai kawan diskusi yang baik. Singkat kata, manusia pembelajar tidak bisa (dan tidak akan mampu) belajar seorang diri.
Karena saya kini meyakini bahwa a greatman must always be a great learner, a great teacher, as well as a great disciple ; seorang yang mampu melakukan pencapaian hidup yang tinggi tentulah seorang pembelajar sejati yang juga merupakan guru yang baik sekaligus murid yang baik .
Ini pandangan saya, pandangan anda tentu saja boleh berbeda.

Tetapi sesungguhnya bukan perdebatan seputar itu yang ingin saya share dalam tulisan ini. Saya ingin berbagi sebuah pengalaman sederhana yang mengundang saya untuk mencoba memaknainya lebih banyak.Mungkin kawan-kawan sekalian bisa menemukan hal lain di dalamnya.

Kisah sederhana ini diawali dengan kebiasaan yang saya lakukan di saat saya sedang membutuhkan inspirasi. Di kala saya membutuhkan tempat berpikir untuk menemukan sebuah ide yang segar. Biasanya dalam kondisi tsb saya melakukan perjalanan seorang diri. Dan siang itu saya memutuskan untuk mencari inspirasi di kantin salman itb, sambil menyantap sarapan siang sederhana: nasi secukupnya, telor, sayur dan tempe plus segelas susu=D kemudian saya bergegas melihat sekeliling mencari meja yang masih luang.

Saya pun duduk di meja yang terletak di posisi sebelah selatan kantin, dekat dengan udara. Setelah menikmati makan siang, sambil menikmati susu dingin lengkap dengan angin sepoi-sepoi, saya pun mulai mempersiapkan sebuah pulpen dan sebuah notes bersampul biru untuk menulis.Dan baru saja, saya mau mulai menulis, datanglah beliau.

Karena saya mencurahkan fokus pada lembar kertas di hadapan saya, saya tidak menoleh sedikit pun ke arah kanan sumber pergerakan baru tsb.Tapi jelas cukup mengganggu.. karena ia menggeser-geser kursi kosong di sebelah saya, dan tampak mondar-mandir antara meja tempat saya berada dan meja di belakang.
Sepertinya beliau sedang bingung memutuskan duduk dimana. Tanpa sedikit pun menoleh, lintasan pikiran buruk di kepala saya sejenak bergumam, "orang yang aneh..".. Akhirnya, ia memutuskan duduk jenak satu kursi di sebelah saya, dan meletakkan tasnya persis di sebelah tempat duduk saya. Ia pun mulai makan.

Saya pun menarik napas lega karena "gangguan kecil" telah reda.
Namun, beberapa detik kemudian ia kembali beraktivitas dan kali ini membuat saya menolehkan pandangan saya: "kang...", kata dia. Saya pun menoleh, dan ia kembali melanjutkan, "punten kang, boleh nitip tas saya sebentar?". refleks saya pun langsung merespon dengan anggukan dan senyuman kecil=D Dan ia pun pergi.. entah kemana.

Dalam hati saya berpikir, "kenapa ia mempercayakan tasnya kepada saya, seorang yang tak dikenal? apakah ia tidak takut kalau tasnya saya bawa kabur? padahal kasus semacam ini kan sedang marak terjadi.. terutama di tempat-tempat ramai publik". Dan ia pun kini telah kembali, "makasi kang..=D".
Saya pun tersenyum. Alhamdulillah.. trnyata impresi awal orang thd saya masih masuk dalam kategori orang baik=b haha.. amin.

Namun, tiba-tiba gagasan lain pun muncul.. Bagaimana kalau amanah menjaga tas ini kita jadikan sebagai perumpamaan ke dalam konteks mempercayakan amanah kepada seorang pemimpin negara? apakah kita bisa memutuskan untuk memberikan kepercayaan terhadap seorang yang tidak kita kenal berdasarkan impresi pertama? ah.. mungkin saja. Terkadang, manusia-manusia yang berhati mulia memiliki pancaran wajah yang sejuk menyejukkan.. mulai dari pandangan pertama. Terutama ketika satu dengan yang lainnya tampak serupa tapi sama.. semoga sama-sama dalam kebaikan. amin. Nah, sekarang mulailah kita melakukan pencarian cahaya pada ketiga pasangan capres-cawapres kita. Adakah yang memancarkan cahaya amanah? wallhua'lam.

"Allah (pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendak, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS.An-Nuur: 35)

0 opini dari pembaca:

Quote of The Day :

"Mantapkanlah diri untuk mengakui kealfaan diri saat kritikan tajam datang menyapa.. terasa berat,namun sesungguhnya meringankan!"

Label Cloud


 

Design by Blogger Buster | Distributed by Blogging Tips